Selasa 29 Jan 2013 15:03 WIB

DNA Bukti Hubungan Nasab, Benarkah?

Red: Heri Ruslan
Mitokondria DNA (ilustrasi)
Foto: mitochondrialdnatesting.com
Mitokondria DNA (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nashih Nashrullah

Sejak dibuktikan pertama kali oleh Oswald Avery pada 1944, bah wa DNA bisa dijadi kan sebagai penguat akurasi keterkaitan hubungan nasab, DNA dijadikan alat bukti kuat bagi beberapa kasus seperti kriminalitas dan bantahan atau pengukuhan atas klaim nasab seseorang.

Tes DNA yang pernah dilakukan terhadap mantan presiden AS, Tho mas Jefferson, misalnya, sempat meng gemparkan. Kajian itu me nyimpulkan bahwa salah satu pen diri Negara Paman Sam terbukti memiliki anak dari perempuan ber kulit hitam. Meskipun temuan itu mendapat penolakan dari para ahli dari kulit putih.

Di Rusia, metode yang sama juga digunakan untuk mengidentifikasi sejumlah mayat yang diduga adalah keluarga Kaisar Nicholas II. Keberadaan mereka tak dapat dilacak, pascahukuman mati yang berlangsung pada 1918. Setelah memban dingkan dengan DNA keluarga yang masih hidup, dinyatakan bahwa mayat-mayat itu adalah keluarga Sang Kaisar.