REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Penolakan masyarakat Prancis terhadap komunitas Muslim masih tinggi. Hal itu tergambar dalam hasil survei yang dipublikasikan Ipsos dan Yayasan Jean-Jaures, seperti dikutip The Inquistr, Selasa (29/1).
Disebutkan dalam riset tersebut sekitar 74 persen responden percaya Islam tidak cocok dengan masyarakat Prancis. Survei itu juga menyebut hanya 29 persen responden yang percaya komunitas Muslim telah berintegrasi ke dalam masyarakat Prancis.
Yang menarik, sekitar 46 persen responden percaya angka pengangguran dapat berkurang dengan mengurangi jumlah imigran. Sekitar 62 persen dari responden juga percaya, banyaknya imigran membuat mereka tidak merasa betah tinggal di Prancis.
Sejarawan Prancis, Michael Wincock mengatakan hasil survei tersebut menunjukan masyarakat Prancis seperti ketakutan. "Sebagian dari kami tampak takut segalanya," kata dia.
Belakangan pemerintah Prancis menerapkan kebijakan diskriminasi kepada komunitas Muslim. Salah satu kebijakan itu adalah melarang penggunaan jilbab dan burka di tempat umum.
Di luar itu, umat Islam juga mengalami diskriminasi dan intimidasi. Studi yang dipublikasikan Prosiding National Academy of Science mencatat warga Prancis yang beragama non-Islam lebih banyak dipanggil untuk wawancara kerja ketimbang warga Muslim. Studi ini menjadi yang pertama dalam hal mengidentifikasi agama sebagai sumber diskriminasi di Prancis.