REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyatakan produk tahu tempe merupakan bagian kuliner nasional dan bisa menumbuhkan ekonomi masyarakat.
"Saya yakin jika dikembangkan tahu tempe bisa menembus pasar ekspor," kata Anas saat pencanangan gerakan tanam kedelai di Desa Gununganten, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Sabtu.
Ia mengatakan, sejauh ini produk tahu tempe Indonesia bagian kuliner nasional, namun hingga kini belum sampai ekspor.
Apabila dikembangkan tradisi tahu tempe bisa diekspor ke negara lain, seperti yang dilakukan restoran Thailand banyak di negara lain.
Saat ini, masyarakat Indonesia yang ekonominya mampu kini tren mengkonsumsi lauk pauk tahu tempe.
Makanan tahu tempe, selain kesehatan juga murah dan terjangkau kalangan masyarakat berpenghasilan ekonomi rendah.
Karena itu, pihaknya meminta masyarakat agar mengembangkan tanaman kedelai sebagai bahan baku tahu tempe.
Selama ini, kata Anas, produk kedelai untuk kebutuhan nasional masih defisit.
Kebutuhan konsumsi kedelai secara nasional sebanyak 2,3 juta ton per tahun, namun produksi sebanyak itu masih defisit.
Saat ini kebutuhan kedelai Indonesia masih impor dari negara lain. Indonesia bangsa tahu tempe dan jangan dipersepsikan negatif atau minor.
Akan tetapi, justru memperkuat negara agraris sebagai kemandirian dan kedaulatan pangan. Kekuatan kemandirian serta kedaulatan bisa pada energi, politik juga ketahanan pangan.
"Kita harus menggerakkan tanaman kedelai sebagai spirit masa depan," katanya.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Yuntani mengatakan bahwa tahun ini mengembangkan tanaman kedelai seluas 7.000 hektare guna memenuhi kebutuhan pasar lokal.
Pengembangan tanaman kedelai tersebut merupakan bantuan pemerintah untuk memenuhi ketersediaan pangan nasional. Saat ini kebutuhan kedelai di pasar lokal sebanyak 3.000 ton per tahun dan petani belum mampu meningkatkan produksinya.
"Kami bekerja keras untuk swasembada kedelai itu," katanya.