REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Media internasional pada Selasa (12/2) berspekulasi tentang siapa pengganti Paus Benediktus XVI yang berencana mengundurkan diri akhir bulan ini. Ada yang berspekulasi, pengganti Paus akan berasal dari negara berkembang.
Paus yang berusia 85 tahun mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin (11/2). Masalah kesehatan berada di balik keputusannya itu. Pengunduran diri itu merupakan yang pertama kalinya dilakukan pemimpin tertinggi di Gereja Katolik sejak 700 tahun lalu.
Surat kabar terbesar Argentina, Clarin membuat headline tentang siapa pengganti Paus. Pengganti itu bisa berasal dari Amerika, Asia atau Afrika, tidak lagi berasal dari Eropa.
"Setelah ada keputusan yang belum pernah dibuat oleh kepala gereja sebelumnya, ada kemungkinan tradisi dan kriteria berubah dalam pemilihan Paus berikutnya, dan mungkin akan ada kejutan," ungkap laporan tersebut seperti dikutip Al-Arabiya, Selasa.
Katolik berada dalam kemunduran di Eropa namun berkembang di Afrika dan Asia. Di Amerika Latin, terdapat 40 persen populasi katolik dunia. Di Filipina, basis gereja katolik di Asia, keputusan Paus mendominasi halaman depan surat kabar. Bahkan, Kardinal Filipina, Luis Antonio Tagle diprediksi bisa mengganti Paus.
The Times menggambarkan pengunduran diri Paus dalam editorial sebagai keputusan yang mulia dan tanpa pamrih. Namun, mereka mengatakan penggantinya harus mencoba membuat gereja katolik lebih kolegial.
Pengunduran diri Paus juga menjadi halaman depan di Australia. Suratkabar harian milik Rupert Murdoch, The Australian mengatakan "Paus Benediktus Menyerah: Terlalu Tua, Terlalu Lemah untuk Memimpin Satu Miliar Orang".
Dalam sebuah opini, Benediktus dinilai kesulitan mengikuti jejak Yohanes Paulus II, Paus paling kharismatik dan berpengaruh pada abad 20.