Kamis 14 Feb 2013 17:40 WIB

Kronologis Pertemuan Luthfi dengan Pengusaha Daging di Medan

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Karta Raharja Ucu
Mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq yang menjadi tersangka dugaan suap impor daging sapi bersiap menjalani pemeriksaan perdana pasca penahanan di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jakarta, Rabu (6/2).
Foto: Antara
Mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq yang menjadi tersangka dugaan suap impor daging sapi bersiap menjalani pemeriksaan perdana pasca penahanan di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jakarta, Rabu (6/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu beredarnya daging sapi yang dioplos dengan daging babi dan daging tikus menjadi kunci terbongkarnya kasus suap impor daging sapi, yang menjerat mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq.

Zainudin Paru, kuasa hukum Luthfi mengungkapkan kronologis pertemuan antara kliennya dengan perusahaan importir daging yang diperantarai Ahmad Fathanah.

Luthfi bersama Menteri Pertanian, Suswono bertemu Direktur Utama PT Indoguna Utama yang awalnya mengaku sebagai mantan Ketua Umum Asosiasi Importir Daging, Maria Elizabeth Liman. Dalam pertemuan itu ada juga mantan Ketua Umum Asosiasi Benih Indonesia (Asbenindo), Elda Devianne Adiningrat. Pertemuan itu digelar di Hotel Aryaduta Medan pada 11 Januari 2013.

Zainudin menjelaskan pertemuan tersebut dilatarbelakangi adanya isu peredaran daging babi dan tikus serta harga daging sapi yang mahal, bahkan disebut paling mahal di dunia. Isu ini langsung direspon pimpinan PKS melalui Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Aminuddin yang memanggil semua pimpinan DPP, termasuk Mentan Suswono yang juga merupakan kader PKS.

Dalam rapat tersebut, pimpinan PKS meminta agar umat Islam tidak malah disuguhi dengan isu beredarnya daging haram dan mahalnya harga daging sapi. Apalagi Mentan Suswono merupakan kader dari partai Islam seperti PKS.

Saat itu, lanjutnya, Suswono mengatakan kalau pemerintah sukses melakukan swasembada daging. Dari data yang dimiliki Kementan, persediaan daging di Indonesia sudah sesuai dan sudah dicek ke lapangan.

"Pada saat yang sama, PKS sebagai partai juga sering didatangi banyak orang dari importir daging dan asosiasi daging," kata kuasa hukum Luthfi Hasan Ishaaq, Zainudin Paru dalam obrolan kepada ROL, Kamis (14/2).

Salah satu yang kerap menemui petinggi PKS adalah Maria Elizabeth. Kebetulan awal Januari 2013 lalu, Luthfi sedang safari dakwah di 10 kabupaten di Sumatera Utara dan Mentan Suswono juga ada acara di Kabupaten Deli Serdang, Sumut.

Awalnya Elizabeth menemui Luthfi dengan mengaku sebagai mantan Ketua Umum Asosiasi Importir Daging. Saat itu Elizabeth berdalih langsung menemui Luthfi karena pimpinan dari PKS yang merupakan asal dari Mentan Suswono. Namun Luthfi menolaknya dan meminta agar Elizabeth langsung menemui Mentan Suswono.

Kemudian dengan perantara Ahmad Fathanah (AF), terjadilah pertemuan antara Luthfi, Suswono dengan Maria Elizabeth Liman dan Elda Devianne Adiningrat di Hotel Aryaduta Medan,

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 15 menit itu, Elizabeth menyalahkan data persediaan daging yang dimiliki Mentan Suswono. Menurut Elizabeth, persediaan daging kurang sehingga membuat harga daging menjadi melambung.

Karenanya kuota daging impor harus ditambah lagi untuk menjaga harga daging di Indonesia. Namun, Suswono membantah tudingan Elizabeth dan mempertahankan data yang dimiliki Kementan.

Pasalnya data persediaan daging yang sudah dinyatakan swasembada daging milik Kementan sudah valid dan bahkan sudah diuji akademisi dan lembaga-lembaga yang 'concern' terkait masalah ini. Mentan Suswono pun menolak untuk menambah kuota impor daging sapi.

"Mungkin ini berangkat dari adanya swasembada daging yang diakui pemerintah sebagai keberhasilan, tapi oleh para importir mengatakan tidak sukses karena peredaran di masyarakat daging mahal. Mungkin di situ dia (Elizabeth) coba menyalah-nyalahkan data Mentan, tapi kan Suswono ada pendirian karena data ini sesuai dengan kerja para pembuat kebijakan di bawah kementerian," tutuar Zainudin.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement