REPUBLIKA.CO.ID,MALANG--Kota Malang Hingga kini belum terbebas dari warga yang menyandang status buta aksara, bahkan jumlahnya masih mencapai 4.400 orang.
Kepala Seksi Kursus dan Pendidikan Masyarakat Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Diknas Kota Malang Heri Wiyono, Jumat, mengatakan data adanya warga yang masih buta aksara tersebut berdasarkan sensus penduduk 2010.
"Pada tahun 2010 tercatat ada 6.400 warga yang masih buta aksara, namun hingga 2012 lalu sudah sekitar 2000 orang yang dientaskan, sehingga sekarang tinggal 4.400 orang," katanya.
Menurut dia, jumlah warga yang masih buta aksara sebanyak 4.400 orang itu hanya yang berusia produktif saja. Sedangkan yang berusia di atas 60 tahun, jumlahnya juga mencapai ribuan, namun yang menjadi prioritas pengentasan buta aksara adalah yang berusia produktif.
Untuk mengentaskan warga dari buta aksara tersebut, katanya, masih terkendala minimnya dana karena masih mengandalkan hibah dari provinsi. Tahun lalu dana hibah tersebut sebesar Rp 864 juta untuk menangani sekitar 2.000 orang.
Ia mengakui, dari segi pendanaan, Kota Malang memang mendapatkan hibah lebih sedikit dibanding daerah lain yang jumlah warga buta aksaranya masih tinggi, seperti Jember.
"Meski anggarannya sedikit, kami targetkan tahun 2015 nanti Kota Malang sudah terbebas dari buta aksara. Penanganan warga buta aksara ini memang harus telaten, apalagi kalau usianya sudah mendekati lansia," ujarnya.
Saat ini Kota Malang juga menggencarkan kembali program wajib belajar melalui kelompok belajar (Kejar) paket A, setelah beberapa tahun terakhir ini vakum kegiatan.
Kegiatan Kejar Paket tersebut rata-rata dilaksanakan di masing-masing RW. Namun, kegiatan tersebut tidak hanya belajar membaca, menulis dan menghitung saja, kadang-kadang diselingi dengan kegiatan keterampilan agar peserta tidak merasa jenuh dan bosan.