REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat memilih untuk mengabaikan hasil survei yang menunjukkan semakin menurunnya elektabilitas partai tersebut. Lembaga Survei Jakarta (LSJ), Selasa (19/2) baru saja merilis bahwa tingkat keterpilihan Demokrat melorot hingga 6,3 persen.
"Biarin aja, tapi kami percaya tidak semua survei mengatakan begitu. Setiap hari ada survei, nggak perlu ditanggapi lah," kata anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, Selasa (19/2).
Sikap itu, kata dia, terlebih lagi setelah melihat responden LSJ hanya sedikit. Hal itu, menurutnya, tidak mencerminkan pendapat semua masyarakat Indonesia. "Besok juga bakal ada yang ngomong 3 koma, 2 koma. Biarin aja," ujarnya.
Mubarok optimistis realisasi dari kesepakatan kader Demokrat pada rapat pimpinan nasional kemarin akan memberikan efek positif bagi elektabilitas Demokrat. Meski dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk merealisasikannya. "Rapimnas kan targetnya ntar enam bulan. Kalau sudah enam bulan nanti kita baru bisa lihat," jelas Mubarok.
Jajak pendapat LSJ dilakukan pada 9 Februari hingga 15 Februari 2013 di 33 provinsi dengan mengambil sampel sebanyak 1.225 responden. Margin of error-nya 2,8 persen dan level of confidence 95 persen. Populasi dari jajak pendapat adalah seluruh penduduk Indonesia yang telah memiliki hak pilih.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode teknik wawancara dengan responden berpedoman pada kuesioner. Secara keseluruhan, LSJ menunjukkan elektabilitas tertinggi diraih Partai Golkar dengan angka 18,5 persen. Peringkat kedua, PDIP 16,5 persen. Diikuti Partai Gerindra dengan perolehan 10,3 persen.
Untuk Partai Demokrat terjun bebas ke angka 6,3 persen. Kemudian peringkat ke lima Partai Hanura 5,8 persen, diikuti Partai Nasdem 4,5 persen. Sedangkan PKS harus rela dengan elektabilitas 2,6 persen. Kemudian
PAN 2,5 persen, PPP 2,4 persen, dan PKB 1,8 persen.