REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak pemerintah untuk menindak tegas pelaku penembakan yang menewaskan delapan anggota TNI di Papua.
"Siapa pun pelakunya, kelompok separatis atau yang lain dengan tujuan tertentu, (penembakan) ini adalah kriminal. Pelakunya harus segera ditangkap dan dihukum seberat-beratnya," kata Ketua Umum PBNU Kiai Haji Said Aqil Siroj di Jakarta, Jumat.
Said Aqil mengatakan bahwa kasus penembakan terhadap anggota TNI di Papua, Kamis (21/2), menambah panjang daftar kekerasan di provinsi itu. Dan, dia berharap daftar kekerasan itu tidak bertambah semakin panjang sesudahnya.
Oleh karena itu, dia berharap ketegasan dalam menangani kasus penembakan tersebut harus disertai sikap bijak sehingga tidak menimbulkan ekses yang justru semakin menyuburkan kekerasan.
"Jangan sampai dengan alasan mengejar pelaku penembakan akibatnya justru menimbulkan trauma masyarakat sipil yang bukan tidak mungkin justru akan menimbulkan rasa benci dan benih-benih kekerasan selanjutnya," kata Said Aqil.
PBNU berpendapat penanganan secara persuasif terhadap berbagai persoalan, termasuk persoalan kekerasan, di Papua tetap harus diutamakan. Ruang dialog sebagai sarana mengurai permasalahan dan menemukan jalan keluar disarankan untuk diperbanyak digelar.
"Pemerintah pernah sukses menerapkan cara-cara itu di Aceh. Di Papua karakteristiknya tidak jauh berbeda. Jadi, saya minta pemerintah membuka sebanyak-banyaknya ruang dialog, libatkan masyarakat setempat untuk mencari jalan keluar terbaik," katanya.
Said Aqil juga mendesak pemerintah untuk segera merealisasikan peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua sebagai bagian dari penyelesaian masalah. PBNU pernah menerima aduan masyarakat Papua perihal kesenjangan kesejahteraan tersebut.
"Papua sangat kaya, tetapi masyarakatnya tidak merasakan itu secara utuh. Ini juga menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk segera diselesaikan, sekaligus menjadi salah satu cara penyelesaian masalah kekerasan," katanya.
Kepada keluarga korban penembakan, Said Aqil menyatakan turut berdukacita dan berbelasungkawa "Atas nama pribadi dan seluruh nahdiyin, kami ikut berdukacita. Semoga Allah mengampuni dosa seluruh korban, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," katanya.
Sebanyak delapan anggota TNI tewas tertembak dalam dua peristiwa penyerangan di lokasi berbeda yang dilakukan kelompok tidak dikenal.
Peristiwa penyerangan pertama terjadi di posko TNI di Tinggi Nambut, Kabupaten Puncak Jaya, yang menewaskan Pratu Wahyu Prabowo. Sedangkan penyerangan kedua terjadi di Kampung Tangulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak menewaskan tujuh personel TNI, Sertu Ramadhan, Pratu Edi, Praka Jojo Wiharja, Pratu Mustofa, Praka Wempi, Sertu Udin, dan Sertu Frans.