REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa makna Partai Demokrat di mata seorang Anas Urbaningrum? Mungkin, paparan mantan ketua umum Partai Demokrat ini bisa memberikan sedikit jawaban.
"Demokrat itu cinta pertama saya. Demokrat itu partai yang pertama. Tentu saya berharap ini partai pertama dan terakhir," kata Anas kepada Republika di kediamannya di Jakarta, Kamis (28/2) dini hari.
Ia pun berkeinginan pandangannya terhadap Demokrat itu akan terus bertahan. "Kecuali, terpaksa," cetus dia.
Partai, ujar Anas, memang penting. Hanya saja, partai juga tidak bisa dilepaskan dari pengertian sebagai alat atau sarana perjuangan.
Karenanya, karena sebagai alat atau sarana perjuangan, maka pangkatnya di bawah perjuangan itu sendiri. Sementara perjuangan itu sendiri bisa ada di kamar yang berbeda.
"Tapi sebagai cinta pertama, tentu Demokrat punya nilai spesial. Karena ini pertama kali saya belajar politik praktis dalam pengertian berpartai dan proses belajar itu tentu membekaskan sesuatu yang spesial juga," tutur mantan ketua umum PB HMI tersebut.
Ia pun berharap ke depan Demokrat akan tetap sehat dan punya masa depan yang bagus. Hanya saja ia enggan menyatakan apakah nantinya akan kembali ke Demokrat atau tidak.
"Bukunya terbuka, bukan tertutup, belum ada titik. Ini masih koma, koma, dan koma. Tapi saya konsentrasinya besok apa. Setelah besok, lusa apa," jelas Anas.
Apalagi ia akui kalau memang ada beberapa partai yang mendekatinya. Hanya saja, untuk saat ini, Anas menilai, saat ini bukan waktunya untuk memandang serius tawaran tersebut.
"Karena memang bukan konsentrasi saya. Konsetrasi saya dua saja. Satu fokus pembelaan hukum untuk mendapatkan keadilan. Kedua, menjalani lembar demi lembar, hari demi hari yang saya harapkan tetap bermakna kontributif," ujar Anas.