Senin 04 Mar 2013 01:49 WIB

Politisi Minggir Dulu dari Urusan Negara

Rep: yulianingsih/ Red: Taufik Rachman
Suasana sidang paripurna DPR. (Foto file)
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Suasana sidang paripurna DPR. (Foto file)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD meminta para politisi untuk minggir dahulu dari urusan kenegaraan. Menurutnya, Indonesia saat ini tengah terancam secara internal karena banyaknya orang yang memiliki kepentingan tinggi terhadap negara ini.

"Semua urusan diambil politisi. Bahkan banyak negarawan juga menjadi politisi. Negarawan sejati justru dipinggir," tandasnya saat berbicara pada dialog kebangsaan hari lahir Nahdatul Ulama ke 87 di Yogyakarta, Ahad (3/3) petang.

Menurutnya, hal inilah yang justru mengancam keberlangsungan Indonesia. "Banyak orang berkepentingan tinggi terhadap negara ini. Negarawan -negarawn yang seharusnya menangani, politisinya minggir dulu," terangnya.

Negarawan menurutnya dibutuhkan untuk menangani Indonesia yang semakin tidka karuan. Mahfud mencontohkan negarawan seperti mantan presiden BJ Habibie yang harusnya menangani negara ini.

Mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Joko Santoso dalam kesempatan itu mengatakan, bangsa Indonesia itu bangsa yang terancam baik dari luar maupun dalam.

"Secara geografis kita sangat luas sehingga secara militer sulit dipertahankan. Apalagi kekuatan militer sebagian besar di Pulau Jawa. Di luar jawa belum, sehingga sulit jika luar Jawa diserang," terangnya.

Secara demografi kata dia, Indonesia sangat banyak suku bangsa sehingga derajat konfliknya sangat pekat. Namun hal itu bisa dieliminir dengan meningkatnya semangat toleransi.

Ke depan, kata dia, kekuatan pertahanan tergantung kekuatan ekonomi Indonesia. Kualitas sumber daya manusia yang memiliki intelektual tinggi dan kerja keras, serta pemerintah yang bersih dan berwibawa merupakan kunci sukses pertahanan bangsa dan negara ke depan.

Djoko Susilo merekomendasikan untuk membangun kesadaran dan pemahaman bersama bahwa Indonesia bangsa yang rawan dan terancam. "Ini penting agar kita bersatu, sadar dan bekerja keras," tegasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement