REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Iqrak Sulhin menuturkan, pelaku pembunuhan dengan mutilasi sebagai simbol ekstrim.
Pelaku memperlihatkan rasa sakit hati dalam terhadap korban. Pembunuhan sadis ini juga cenderung dilakukan orang yang dikenal korban.
''Ini kasus pembunuham khusus. Pembunuhan luar biasa yang disebabkan rasa sakit hati. Mutilasi sebagai simbol ekstrim,'' kata Iqrak, di Kampus UI, Depok, Rabu (6/2).
Jika dilihat dari hasil forensik, lanjutnya, cara memotong yang dilakukan pelaku dapat memperlihatkan rasa sakit hati yang sudah mendalam. Misalnya, pelalu memotong di bagian tertentu korbannya.
''Dengan memotong acak bagian tubuh memperlihatkan ekspresi dendam dari pelaku,'' tambah Igrak.Pria yang menjadi Dosen Jurusan Kriminologi UI itu menambahkan, umumnya pada kejahatan kekerasan pembunuhan, pelakunya adalah orang yang dikenal korban.
Mutilasi yang dilakukan dengan membuang di jalan tol, kata dia, sebagai pilihan rasional pelaku. Bukan untuk menandakan pada keluarga korban atau memberikan efek takut pada khalayak.
''Saya yakin lokasi kejadian jauh dari lokasi penemuan potongan tubuh. Jadi bukan untuk memberi efek takut. Kalau memang motifnya seperti itu pasti pelaku membuang potongan jasad di pusat keramaian misalnya,'' terang Igrak.
Seperti diberitakan, ada penemuan potongan mayat di Jalan Tol Cawang membuat geger warga, Selasa (5/2) pagi. Potongan tubuh manusia tanpa identitas berjenis kelamin wanita ditemukan tersebar di beberapa lokasi.