REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Deputi Bidang Pengawasan Produk Trapetik dan Napza Badan Pengawas Obat dan Makanan A Retno Tyas Utami mengatakan iklan obat yang beredar banyak membuat masyarakat menjadi terpikat dan kurang rasional.
"Promosi obat yang berlebihan membuat orang menjadi terpikat dan kurang rasional," ujar Retno usai seminar "Iklan Obat, Antara Edukasi dan Bisnis".
Para produsen obat, lanjut dia, memanfaatkan rasa sakit yang diderita dengan menawarkan khasiat yang terkadang tidak masuk akal seperti menampilkan pengalaman atau testimoni pasien secara berlebihan. "Juga menjanjikan cepat sembuh, efek instan hingga menawarkan garansi. Iklan-iklan seperti itu perlu diwaspadai," tukas dia.
Iklan obat yang baik hendaknya harus seimbang antara edukasi dan kepentingan komersial. Menurut dia, iklan obat yang baik harus mengandung tiga hal yakni objektif, lengkap dan tidak menyesatkan. Penggunaan obat, sambung Retno, haruslah tepat, rasional, dan aman. Selain mewaspadai iklan yang menyesatkan, masyarakat juga perlu membaca label obat sebelum mengonsumsinya.
Ketua Dharma Wanita Persatuan Pusat Kuntari Sapta Nirwandar mengakui banyak iklan yang beredar baik di media cetak, online maupun elektronik yang tidak sesuai. "Misalnya ada sandal untuk diabetes. Memang benar, bisa mengurangi penyakit itu tapi dalam iklan tersebut seharusnya juga disebutkan untuk pola hidup sehat dan menjaga pola makan," ujar Kuntari.