Selasa 12 Mar 2013 17:56 WIB

Muhammadiyah: Aksi Cipete Teror Sakit Hati

Rep: Agus Raharjo/ Red: Nidia Zuraya
Ketua PP Muhammadiyah, KH Yunahar Ilyas.
Foto: Republika/Musiron
Ketua PP Muhammadiyah, KH Yunahar Ilyas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Terjadinya ledakan di Cipete dinilai sebagai aksi sakit hati pelaku terhadap kinerja aparat penegak hukum. Pasalnya, belum lama ini masyarakat dihebohkan dengan beredarnya video penyiksaan yang dilakukan oleh pihak yang diduga Detasemen Anti Teror Densus 88.

Menurut Ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas, pasti ada pihak yang merasa sakit hati dengan aksi Densus 88. Terlebih, organisasi masyarakat (Ormas) Islam sepakat agar Polri mengevaluasi dan menegakkan hukum tidak melampaui batas. Yunahar mengatakan, aktor dibalik peledakan dengan sasaran aparat penegak hukum itu bisa jadi tidak ada hubungannya dengan pelaku teror sebelumnya.

"Kemungkinan ledakan itu tidak ditujukan untuk teror, hanya mengganggu. Kalau teror kemungkinan lebih mematikan," kata Yunahar pada ROL, Selasa (12/3).

Yunahar menambahkan, masyarakat sudah terlalu menganggap biasa kejadian teror. Hal ini tidak lepas dari tindakan Densus yang terlalu mudah menangkap teroris. Padahal, tidak semua pelaku kriminal bisa disebut sebagai teroris. Apalagi yang masih terduga. Aparat terlalu gegabah menganggap semua pihak yang berhubungan dengan aksi teror sebagai teroris.

"Sekarang ini menangkap teroris sudah seperti menangkap copet. Jadi hal biasa," tambah dia.

Harusnya, Densus 88 dan aparat harus selektif untuk menduga pelaku kriminal sebagai teroris. Seluruh masyarakat setuju untuk membasmi terorisme, namun, jangan sampai tindakan memberantas terorisme ini berlebihan dan menimbulkan antipati masyarakat pada aparat penegak hukum.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement