REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Pejabat di Cina mengatakan jumlah bangkai babi yang ditemukan di Sungai Huangpu Shanghai mencapai hampir 6.000 ekor. Bangkai babi itu diperkirakan dibuang dari peternakan di Jiazing, hulu dari Shanghai.
Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Shanghai telah mengangkat 5.916 bangkai babi dari sungai pada Selasa (12/3) waktu setempat. Namun, mereka menyatakan air sungai aman sesuai standar kualitas dari pemerintah.
Penyebab kematian ribuan ekor babi itu sendiri belum jelas. Namun, asal babi diperkirakan dari Jiaxing, tetangga provinsi Zhejiang.
Pemerintah kota Shanghai mengatakan air di Sungai Huangpu merupakan sumber utama air minum untuk Shanghai. Mereka juga mengatakan tidak ada babi yang sakit di pasar.
Akan tetapi, pernyataan tersebut ditanggapi skeptis pengguna weibo, twitter versi Cina. "Kader dan pejabat kami bersedia mengerti anda, tapi jangan biarkan kami mati keracunan, " kata netizen, Shi Liqin dilansir BBC.
Menurut pengguna weibo lainnya, Yuzhou Duelist, warna air sungai hampir sama seperti kotoran. "Bahkan jika tidak ada babi yang mati, anda tidak bisa minum," ujarnya.
Uji laboratorium mengidentifikasi beberapa babi memiliki circovirus, penyakit yang umum pada babi. Penyakit itu tidak mempengaruhi manusia.
Juru Bicara pemerintah Jiaxing, Wang Dengfeng mengakui berdasarkan tanda pada telinga, babi tersebut lahir di Jiaxing. Namun, tidak jelas dimana babi tersebut dibesarkan. Para pejabat Jiaxing mengatakan babi tersebut kemungkinan tewas karena cuaca dingin.
Bangkai babi tersebut muncul di tengah masalah lingkungan Cina. Sebelumnya, Cina bermasalah dengan kabut asap, polusi udara dan air.