REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Sejumlah pria bersenjata menyerbu empat kantor surat kabar independen di Irak pada Senin (1/4) malam. Rombongan pria bersenjata itu merusak kantor-kantor surat kabar hingga melukai enam karyawan.
Empat kantor surat kabar yang menjadi sasaran adalah Al-Dustour (Konstitusi), Al-Parlemen, Al-Mustaqbal (Masa Depan), dan Al-Nas (Rakyat).
"Kurang lebih 30 pria bersenjata yang berpakaian sipil memasuki kantor kami setelah membuka paksa pintu," kata kepala editor Al-Mustaqbal, Ali Darraji seperti dikutip dari Al Arabiya, Rabu (3/4).
Rombongan pria bersenjata itu juga membakar mobilnya. Semua komputer yang ada kantor Darraji juga dihancurkan. Insiden tersebut menurut Darraji berlangsung sekitar 20 menit.
Ketika penjaga di luar kantor melepaskan tembakan untuk menakut-nakuti mereka supaya pergi. Rombongan pria bersenjata pun melarikan diri.
Akibat serangan itu setidaknya enam orang terluka, sehingga harus menjalani perawatan. Empat surat kabar tersebut menjadi sasaran kemarahan ditengarai karena laporan penerbitan yang mengkritisi ulama Syiah Mahmud al-Sarkhi. Namun, masih belum jelas apakah para penyerang benar-benar melakukannya karena hal itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok observatorium Jurnalisme Kebebasan Irak mengutuk serangan itu. "Penyerangan terhadap organisasi media atau jurnalis yang tidak dapat diterima dalam kondisi apapun," ujar utusan khusus Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Martin Kobler.
Irak menempati peringkat bawah kebebasan pers. Reporters Without Borders menempatkan negara yang dipimpin presiden Jalal Talabani itu ke dalam peringkat 150 dari 179 negara dalam indeks kebebasan pers.