REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Brigjen Sabar Rahardjo menjadi bagian dari daftar jenderal yang dimutasi oleh Kapolri Jenderal Timur Pradopo.
Sabar akan digantikan oleh Brigjen Haka Astana yang sebelumnya menjabat kepala Biro Kajian dan Strategi Sumber Daya Manusia (SDM) Mabes Polri. Ia akan kembali bertugas di Mabes Polri. Namun, belum jelas di mana mantan Wakapolda Jawa Tengah (Jateng) itu diposisikan.
Mabes Polri membenarkan alih mutasi mendadak yang dialami oleh Sabar ini. "Saya sudah terima pertanyaan serupa seperti ini. Ya benar, yang bersangkutan dimutasi berdasarakan evaluasi sama dengan polisi-polisi lainnya," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Irjen Suhardi Alius kepada Republika di Jakarta, Jumat (5/4).
Ketika ditanyakan adakah kasus penyerangan LP Cebongan, Sleman, ikut memengaruhi keputusan Dewan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Wanjak) Polri terhadapa mutasi Sabar? Suhardi tidak menjawab secara gamblang.
"Semua polisi diveluasi sebelum dimutasi. Pelantikan Kapolda DIY juga nanti bersamaan dengan perwira lainnnya," ujar Suhardi singkat.
Kabar kencang berhembus jika mutasi pada Sabar yang baru menjabat sebagai Kapolda DIY selama sepuluh bulan ini akibat kasus LP Cebongan. Tak cukup sampai di sini, isu adanya pertemua antara Sabar dengan petinggi TNI AD sebelum penyerangan pun turut andil membuat permintaan pencopotan kepadanya semakin kencang.
Terlebih, bila menilik pada telegram rahasia Mabes Polri ST/6541/IV/2013 per tanggal 1 April 2013, sebenarnya hanya ada dua nama jenderal polisi yang masuk dalam rencana mutasi.