REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKARAYA – Pesta demokrasi sebentar lagi digelar. Wakil Presiden, Boediono meminta agar hal tersebut tidak membuat persatuan tercoreng.
"Jangan sampai forum pemilu membelah kita. Ini proses untuk mencari siapa yang akan kita percayai untuk melaksanakan tugas bersama untuk tujuan bersama selama lima tahun,” katanya saat mengadakan dialog bersama para kepala daerah di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (19/4).
Boediono juga meminta pemilu baik legislatif ataupun presiden tidak merusak silaturahim dan keeratan masyarakat Indonesia. Ia mengingatkan, khusus untuk Kalteng, silaturahim antarmasyarakat harus benar-benar dijaga.
Sebab, di masa lalu, Kalteng punya pengalaman. “Saya yakin Kalimantan Tengah sudah melewati masa yang penuh dengan pelajaran masa lalu. Saya yakin tekad masyarakat Kalimantan Tengah untuk tidak akan lagi mengalami situasi yang seperti itu di masa lalu,” katanya.
Pada 2001 di Kalteng, pecah konflik antara etnis Madura dan Dayak. Konflik itu diawali dengan terjadinya pertikaian perorangan antaretnis di Kalteng. Ribuan rumah dan ratusan nyawa melayang akibat pertikaian antaretnis tersebut.
Sebagian pengungsi dari etnis Madura yang diangkut dari Sampit untuk kembali ke kampung halamannya di Madura ternyata juga menimbulkan masalah di kemudian hari. Kondisi Pulau Madura yang kurang menguntungkan menyebabkan sebagian warganya menolak kedatangan para pengungsi itu. Sampai sekarang pun pengungsi Sampit masih menjadi masalah pemerintah.