Ahad 21 Apr 2013 21:35 WIB

Gede Pasek: Jadi Kader Partai Itu Ibarat Main Bola

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Citra Listya Rini
Gede Pasek Suardika
Foto: antara
Gede Pasek Suardika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- I Gede Pasek Suardika enggan mempermasalahkan dirinya yang tidak lagi masuk dalam kepengurusan Partai Demokrat. Ia mengibaratkan menjadi kader partai itu seperti pemain sepak bola.

"Mau jadi pemain utama, cadangan, atau bahkan suporter pun harus siap," kata Gede saat dihubungi Republika di Jakarta, Ahad (21/4).

Karena itu, Gede tidak masalah ketika namanya tidak masuk kepengurusan baru partai berlambang bintang mercy itu untuk periode 2013-2015. Posisi Ketua Divisi Komunasi Publik yang sebelumnya ditempati Gede, kini diisi Hinca IP Pandjaitan.

Pembentukan kepengurusan baru Partai Demokrat ini merupakan lanjutan dari hasil Kongres Luar Biasa (KLB) di Bali, akhir bulan lalu. Gede mengatakan, pemilihan kepengurusan ini sepenuhnya merupakan kewenangan ketua umum terpilih, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan tim formatur.

Gede menepikan kabar dirinya tidak masuk dalam kepengurusan baru karena kedekatannya dengan mantan ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum. Selain Gede, Mirwan Amir yang juga disebut loyalis Anas tidak masuk dalam kepengurusan.

Ia mengatakan, itu hanyalah penilaian masyarakat. "Mau dikatakan tergeser juga kan tetap semuanya kembali pada kewenangan ketua umum hasil KLB," ujar pria asal Bali itu.

Untuk ke depannya, Gede sendiri masih menjadi bagian dari Partai Demokrat. Ia mencalonkan diri untuk menjadi anggota legislatif Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Bali. Karena masih menjadi kader, ia berharap kepengurusan baru bisa membawa Partai Demokrat menjadi lebih baik.

Hanya saja, ia berharap, peran semua kader tidak ada yang dipinggirkan sehingga tidak mengerdilkan partai itu sendiri. "Mudah-mudahan tidak ke arah sana. Pengurus yang sekarang bagus," harap Gede.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement