REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Serangan-serangan pada Jumat (26/4) mendorong korban tewas dari empat hari kekerasan berdarah di Irak menjadi lebih dari 200, kata para pejabat, seperti dilansir dari AFP, Sabtu (27/4). Kerusuhan itu juga telah melukai lebih dari 300 orang.
Masalahnya dimulai pada Selasa ketika pasukan keamanan digerakkan untuk menghadapi pengunjuk rasa anti-pemerintah di dekat kota bagian utara Arab Sunni Hawijah, yang kemudian memicu bentrokan yang menyebabkan 53 orang tewas.
Gelombang kerusuhan berikutnya, banyak jatuh korban tetapi tidak semua tampaknya terkait dengan bentrokan Hawijah, menewaskan puluhan orang lagi dan pada Kamis 182 orang telah tewas sedangkan 292 terluka.
Protes kekerasan tersebut terkait adalah mematikan sejauh terkait dengan demonstrasi yang pecah di daerah Sunni di negara mayoritas Syiah lebih dari empat bulan lalu.
Para pengunjuk rasa telah menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Nuri al-Maliki, seorang Syiah, dan mencerca terhadap pihak berwenang karena diduga menargetkan komunitas mereka.