Kamis 02 May 2013 15:54 WIB

TII : Anak Muda Cenderung 'Cuek' Soal Korupsi

Rep: Ira Sasmita/ Red: Dewi Mardiani
Majelis Hakim Tipikor tengah mengadili seorang terdakwa kasus korupsi.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Majelis Hakim Tipikor tengah mengadili seorang terdakwa kasus korupsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei integritas anak muda 2012 yang dilakukan Transparency International Indonesia (TII) menunjukkan komitmen melawan korupsi di kalangan anak muda tidak linier dengan kesadaran mengenai dampak korupsi. Sebanyak 60 persen anak muda yang disurvei memilih untuk tidak melakukan pengaduan apabila berhadapan dengan kasus korupsi.

"Sedangkan 40 persen anak muda bersikap tak acuh, karena merasa 'itu bukan urusan saya'," kata Koordinator Riset TII, Lia Toriana, di Jakarta, Kamis (2/5). Menurut Lia, ini terjadi karena beberapa sebab. Pertama, mereka merasa tidak percaya atau menolak berurusan dengan lembaga-lembaga publik yang menyediakan pelayanan dan proteksi. Seperti lembaga peradilan, pelayanan publik, dan pendidikan.

Kedua, anak muda merasa sekalipun mengadukan masalah korupsi yang mereka ketahui tidak akan efektif dampaknya. Ketiga, anak muda mengaku tidak mengetahui prosedur pengaduan kasus korupsi seperti apa. Sebanyak 40 persen anak muda mengaku tidak memiliki informasi tentang regulasi untuk melawan korupsi.

Dari jajak pendapat itu, kata dia, sebenarnya 62 persen anak muda mengganggap bahwa mereka memiliki peran dalam membangun integritas dan antikorupsi. Sebanyak 78 persen anak muda menyatakan setuju untuk berlaku jujur lebih penting daripada menjadi kaya. Mereka yakin integritas dan kejujuran akan mengantar seseorang pada kesuksesan.

TII melakukan jajak pendapat pada Juli - Desember 2012 terhadap 2.000 responden di 50 keluarahan di lima kota DKI Jakarta. Usia responden adalah 16-30 tahun dan pembandingnya berumur 31-65 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara tatap muka dan kuosioner. TII juga melakukan diskusi kelompok terarah. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement