Sabtu 04 May 2013 14:14 WIB

Serangan Meluas, Muslim Myanmar Barikade Diri

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Aksi muslim di Myanmar menentang gerakan anti-Muslim.
Foto: AP PHOTO
Aksi muslim di Myanmar menentang gerakan anti-Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID,  WIN KITE – Tiga pria muslim melongok di atas pagar bambu yang belakangan dibangun untuk melindungi desa mereka di Myanmar tengah. Mereka menatap jauh ke arah sawah kering dekat wilayah komunitas Buddha.

Mereka mengawasi jika tiba-tiba terlihat debu beterbangan yang menandakan ada massa yang mendekati wilayah mereka.

Rabu (1/5) lalu, sekitar 100 umat Buddha bersenjatakan tongkat berkumpul di luar pagar permukiman warga Muslim. Mereka mengancam akan membakar kampung dan membubuh warga kampung, kata warga Wan Kite. Wan Kite berjarak tempuh sekitar dua jam dari Yangon, Myanmar.

Polisi mengamankan kejadian tersebut, namun umat muslim tak dapat berbuat banyak. Para biksu Buddha melakukan kekerasan di Meikhtila pada Maret.

Peristiwa itu menewaskan 44 orang yang mayoritas muslim dan membuat rusuh pusat kota Myanmar menuntut reformasi ekonomi dan politik.

‘’Kami akan mempertahankan diri kami jika mereka kembali menyerang,’’ kata Kin So. Sejumlah orang di Win Kite mempersenjatai diri mereka dengan pentungan dan pedang. Itu dilakukan untuk berjaga-jaga jika ada serangan atau patroli polisi.

Pagar setinggi 1,5 meter yang mengelilingi Win Kite merupakan ilustrasi nyata perpecahan umat muslim dan Buddha di Myanmar.

Kepolisian Indonesia mengatakan Jumat (3/5) lalu mereka telah menghentikan rencana penyerangan Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta. Mereka menahan dua lelaki Kamis (2/5) dan mengamankan peledak.

Juru bicara kedutaan menyampaikan tersangka telah merencanakan penyerangan dalam protes atas keadaan Muslim Rohingya di Myanmar. Setidaknya 192 orang, kebanyakan adalah Rohingya, terbunuh tahun lalu pada perpecahan dengan umat Buddha di Negara Bagian Rakhine.

April lalu delapan orang tewas ketika pengungsi Muslim dan Buddha berseteru di kantor imigrasi Indonesia di Myanmar.

30 April, seorang pria tewas dalam kesuruhan di Oakkan dan dekat kampung sekitar 100 kilometer utara Yangon. Ketika itu seorang wanita Muslim ditabarak oleh biksu berusia 11 tahun. Insiden itu memicu keributan kedua pihak.

Otoritas setempat menyadari kecelakaan seperti itu dapat memicu kemarahan massa. Petugas di distrik telah mencegah berkumpulnya massa atas kejadian itu di Taikkyi, sebuah kota dekat Oakkan.

Juru bicara Kepresidenan, Ye Htut, menulis di akun Facebooknya pihak otoritas telah menangani masalah di kota Mandalay. Ketika itu tiga pengendara motor melintasi permukiman umat Muslim dan berteriak jika biksu Buddha datang untuk membakar rumah warga.

‘’Anggota keamanan segera datang ke lokasi dan menjelaskan bahwa teriakan itu tidak benar,’’ kata Ye Htut. Ia menyatakan pemerintah menjamin keamanan warga. Investigasi sedang berlangsung untuk mengungkap dan menahan provokator itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement