REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kericuhan terjadi di halaman kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa (14/5) sore. Kericuhan terjadi antara wartawan dengan sejumlah pria berseragam batik yang disinyalir sebagai pengawal Hilmi Aminuddin.
Kericuhan terjadi usai Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu keluar dari Gedung KPK, usai diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan suap pengaturan kuota impor daging sapi. Ia diperiksa selama lima jam.
Saat keluar, wartawan langsung berusaha mendapatkan pernyataan Hilmi terkait pemeriksaan. Hilmi awalnya enggan berbicara, namun setelah didesak akhirnya Hilmi memberikan pernyataan meski tidak menjelaskan pemeriksaannya dengan detail.
Hilmi kemudian beranjak untuk masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu di depan pintu Gedung KPK. Namun belasan orang berseragam batik ini memaksakan agar para wartawan untuk minggir dan memberikan jalan kepada Hilmi.
Aksi dorong-dorongan antara belasan pengawal Hilmi dan para wartawan kemudian berubah menjadi ricuh saat salah seorang wartawan terkenal pukulan dari pengawal Hilmi. Melihat tindakan anarkis ini, wartawan yang tidak terima dengan tindakan ini berusaha mengepung oknum tersebut.
Namun oknum ini sudah diamankan terlebih dahulu dan dibawa ke pos satpam gedung Jasa Raharja yang berada di samping Gedung KPK. Belasan orang polisi pun mengamankan oknum ini dan meminta agar para wartawan tetap tenang.
Para wartawan kemudian kembali ke Gedung KPK dan melayangkan protes pada kuasa hukum PKS, Zainudin Paru. "Pak, kita tidak terima preman-preman ada di KPK, pak," kata salah seorang wartawan televisi kepada Zainudin.
"Maaf insiden tadi, saya pribadi tidak tahu itu (belasan orang berseragam batik) dari mana," kelit Zainudin. Wartawan pun menanyakan lagi siapa belasan orang yang memakai batik tersebut. "Saya nggak tahu," bantahnya lagi.