Ahad 26 May 2013 00:09 WIB

Pengamat: Perbaikan Alutsista Lebih Dibutuhkan

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Hazliansyah
 Sejumlah prajurit Yonif Linud 501/Brajamusti melakukan terjun tempur dari pesawat C-130 Hercules TNI AU pada Latgab TNI di Pantai Banongan, Situbondo, Jumat (3/5).  (Antara/Eric Ireng)
Foto:
Sejumlah prajurit Yonif Linud 501/Brajamusti melakukan terjun tempur dari pesawat C-130 Hercules TNI AU pada Latgab TNI di Pantai Banongan, Situbondo, Jumat (3/5). (Antara/Eric Ireng)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Militer dari Universitas Muhammadiyah Malang Muhadjir Effendy menilai perbaikan dan up grade alutsista lebih dibutuhkan dari pada RUU Komcad (Komponen Cadangan). Saat ini alutsista belum memenuhi minimum essential forces (kekuatan pokok minimum).

Selain itu, kata Muhadjir, RUU Komcad (Komponen Cadangan) mungkin pembahasannya tidak terlalu sulit. Namun penerapannya membutuhkan banyak anggaran.

"Dari pada anggaran yang besar hanya untuk membahas dan menerapkan RUU Komcad, alangkah baiknya jika anggaran digunakan untuk memperbarui alutsista," katanya, Sabtu, (25/5).

Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat dunia, ujar Muhadjir, baru bisa memenuhi 30 persen dari kekuatan pokok minimum yang dibutuhkan. "Sebaiknya pemerintah lebih mendahulukan mengejar target minimum kekuatan pokok agar postur militer semakin kuat," ujar dia.

Alutsista yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan, terang Muhadjir, antara lain peningkatan jumlah pesawat tempur, penambahan jumlah radar, serta peningkatan kualitas radar. Saat ini radar sangat terbatas jangkauannya, bahkan radar tidak bisa hidup 24 jam, hanya mampu bertahan 12 jam.

"Daya deteksi radar juga rendah, untuk mendeteksi pesawat tempur biasa saja tidak bisa. Apalagi mendeteksi pesawat siluman," kata Muhadjir.

Negara sebesar Indonesia, ujar Muhadjir, seharusnya memiliki kapal induk, kapal angkut pesawat, dan pangkalan mobile di laut. Sehingga pengawalan tidak hanya dilakukan di darat saja, tetapi juga di laut.

Di darat, kata Muhadjir, alutsista juga sangat terbatas. Indonesia tidak punya pengembangan artileri, tidak memiliki rudal, juga tidak memiliki roket yang punya hulu ledak.

Seharusnya Indonesia tidak membandingkan diri dengan Malaysia atau Singapura dalam militer, tapi India, Cina, dan AS. Penduduk dan luas wilayah Indonesia hampir menyamai negara-negara tersebut.

"Jika militer memiliki kekuatan yang handal, termasuk dengan alutsista yang baru dan canggih. Maka rakyat akan bangga, musuh akan takut, dan kawan akan segan,” kata Muhadjir.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement