REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lembaga PBB memperingatkan negara dengan kekuatan militer maju bahwa penggunaan pesawat tanpa awak atau drone akan mengancam stabilitas internasional.
Pejabat PBB khusus ekstrajudisial, Christof Heyns meminta negara-negara untuk menghentikan upaya membangun robot mematikan. Robot pembunuh tersebut merupakan versi lanjutan dari pesawat tanpa awak (UAV) yang ditangani oleh operator di darat. Pesawat itu telah digunakan AS untuk membunuh sasaran di negara-negara seperti Pakistan, Afganistan, Yaman, dan Somalia.
"Mesin tidak memiliki moralitas dan rasa kematian dan sebagai hasilnya mereka tidak memiliki kuasa atas hidup dan mati manusia," ungkap Heyns dilansir PressTV.
Angkatan Laut AS mengembangkan sebuah pesawat tak berawak yang sepenuhnya otonom yang disebut X-47B yang awalnya ditujukan untuk tujuan non-tempur. Namun, pesawat itu kemudian didesain dengan senjata.
Menurut Human Right Watch, Pentagon menghabiskan sekitar 6 miliar per tahun untuk penelitian dan pengembangan sistem pesawat tanpa awak. Inggris juga membuat drone baru yang disebut Tarani syang bisa terbang mandiri dan membela diri terhadap pesawat musuh. Seperti model AS, pesawat tersebut tidak bersenjata tetapi dirancang untuk membawa rudal.