REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie, mengungkapkan jika pemilihan Presiden RI dimajukan hari ini sudah dapat dipastikan Joko Widodo alias Jokowi akan terpilih sebagai pemenangnya.
"Jokowi akan menang dengan suara mutlak di atas 60 persen, siapa pun lawannya," ujar Jeffrie, Ahad (9/6).
Namun, kata Jeffrie, karena pemilihan Presiden RI baru akan digelar pada 2014, kepastian Jokowi akan tampil sebagai pemenang terpaksa harus tertunda.
"Waktu satu tahun ke depan ini akan sangat bergantung pada keberhasilan konvensi capres Partai Demokrat," tutur Jeffrie.
Menurut dia, bila konvensi capres Partai Demokrat berjalan sangat demokratis dan diikuti oleh calon-calon presiden dari generasi baru seperti Gita Wiryawan, Mahfud MD, Marzuki Ali, Irman Guzman, Dino Pati Jalal, Chairul Tanjung, maka lahirnya penantang baru yang bisa mengimbangi jagonya Megawati yaitu Jokowi, masih sangat mungkin.
"Konvensi capres Partai Demokrat akan jadi panggung yang menarik, tempat tampilnya tokoh-tokoh muda dari generasi baru yang secara leluasa bisa memperkenalkan diri dan unjuk gigi secara elegan," ungkap Jeffrie.
Namun, imbuh Jeffrie, bila ternyata konvensi capres Partai Demokrat berjalan tidak seperti yang diharapkan, Jokowi dipastikan tak akan memiliki pesaing yang berat.
"Sehingga, pada 2014 yang akan datang teka-tekinya hanya siapa yang akan menjadi wakil presiden Indonesia berikutnya," papar Jeffrie.
Masyarakat, kata dia, hanya bisa berharap Pemilihan Presiden 2014 akan berwarna jika Konvensi Capres Demokrat bisa melahirkan capres dari generasi baru.
"Partai-partai lain seperti yang kita ketahui telah memutuskan capresnya masing-masing dan terbukti sampai saat ini penerimaan masyarakat sangat rendah kepada capres-capres tersebut," kata Jeffrie.
Peneliti pada Maarif Institute, Endang Tirtana menambahkan, pemimpin sesungguhnya sebuah negara demokrasi bukan Presiden, DPR ataupun DPD, tapi rakyat yang menjadi pemilih.
"Akan tetapi, dalam sistem demokrasi kita, ini sepertinya masih menjadi utopia yang hanya jadi pajangan tulisan akademis belaka," ucapnya.
Walaupun perjuangan mengembalikan kuasa rakyat masih berliku jalannya, kata dia, setidaknya ini bisa dilakukan melalui upaya masyarakat pemilih untuk memilih kandidat presiden dan wakilnya, serta anggota legislatif yang memiliki kapasitas, integritas dan moralitas yang kuat.
"Bukan memilih hanya karena didasari hasrat dan selera yang timbul dari rekayasa pencitraan calon. Tapi pemilih harus mengenal lebih dalam terhadap tokoh yang dipilihnya. Jadi, jangan sampai salah pilih, karena jika tidak, maka pemimpin yang dipilih tidak memberikan harapan perubahan perbaikan."