Selasa 11 Jun 2013 17:11 WIB

Aksi Densus 88 di Poso Dinilai Terlalu Represif

Rep: Gilang Akbar Prambadi/Halimatus Sa'diyah/ Red: Dewi Mardiani
 Ketua Komnas HAM Siti Nurlaila (kiri) didampingi Ketua Tim Pemantauan dan Penyelidikan Penanganan Tindak Pidana Terorisme Komnas HAM Siane Indriani.  (Republika/Yasin Habibi)
Ketua Komnas HAM Siti Nurlaila (kiri) didampingi Ketua Tim Pemantauan dan Penyelidikan Penanganan Tindak Pidana Terorisme Komnas HAM Siane Indriani. (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) menilai aksi penembakan yang dilakukan Detasemen Khusus (Densus) 88 kepada terduga teroris di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng), Senin (10/6) terlalu represif. Sehingga wajar, penembakan yang menewaskan Nudin alias Bondan, warga sekitar di sana, membuat warga Poso protes.

 

Komnas HAM menilai tindakan tegas Densus 88 yang menembak Nudin di jalanan kota Poso itu telah memprovokasi warga sekitar. “Kemarahan warga, akibat sikap Densus 88 arogan,” ujar komisioner Komnas HAM Siane Indriani, di Jakarta, Selasa (11/6).

 

Siane menceritakan, dari informasi yang Komnas HAM kumpulkan penembakan terjadi berawal dari aksi represifnya anggota Densus 88 terlebih dahulu. Nudin sore itu sedang berboncengan dengan rekannya menggunakan sepeda motor diikuti oleh tim Densus 88 di Jalanan Kota Poso.

 

Saat melintas Jalan Pulau Seram kemudian ke Jalan Pulau seribu Poso Kota, motor Nudin ditabrak hingga terjatuh. Nudin beserta rekannya kemudian melarikan diri dan ditembaki oleh Densus 88. “Di sinilah diduga ada delapan tembakan yang Densus 88 lepaskan dan di antaranya menewaskan Nudin serta melukai rekannya,” ujar Siane.

 

Akibat aksi penembakan tersebut amarah warga meledak. Pasalnya mereka melihat sendiri aksi brutal dari Densus 88 yang menyebabkan Nudin tewas. Massa kemudian menutup jalan protokol provinsi. Mereka juga berdemo di depan Malpolres Poso menuntut jenazah Nudin dikembalikan ke pihak keluarga.

Tak hanya itu, sejumlah aksi perusakan pada fasilitas umum turut serta dilakukan oleh warga yang sedang berdemonstrasi. “Awal dari kejadian inilah yang kami sesalkan, aksi Densus 88 memicu amarah warga,” kata Siane. Siane mengatakan, kebencian justru dikhwatirkan tumbuh di tengah masyarakat yang sewaktu-waktu dapat menjadi senjata teroris dalam menyerang aparat hukum.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement