REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar komunikasi Universitas Indonesia Ade Armando menilai media televisi sangat efektif menggaet pemilih pemula.
"Kampanye itu (tatap muka) tidak semua publik tahu. Karena itu peran media (televisi) bisa menyampaikan kandidat secara jujur mengenai calon tersebut," kata Ade Armando usai diskusi The Indonesian Institute bertajuk "Kiprah Media Massa Jelang 2014" di Jakarta, Rabu (12/6).
Ade mengatakan penggunaan media itu harus disesuaikan dengan psikologi kalangan muda yaitu pengetahuan mengenai pemilu. Menurut dia, apabila hal itu bisa dilakukan maka tingkat partisipasi pemilih akan tinggi dalam pemilu.
"Bagaimana cara agar pemilih pemula mendapatkan informasi lebih dalam tidak hanya sekedar di permukaan saja. Karena itu diskusi penting dilakukan dalam kaitan ini," ujar Ade.
Menurutnya, kandidat yang sudah menyatakan diri maju dalam bursa bakal calon presiden (capres) maka orang tersebut harus sudah sosialisasi sejak saat ini. Strategi itu dikatakan Ade terkait dengan bagaimana menjangkau pemilih pemula, perempuan, petani sehingga tidak perlu dilakukan secara diam-diam.
"Kampanye saja secara terbuka, beritahu mengenai konsepnya kepada publik. Selain itu kandidat bisa mulai beriklan, diskusi, dan masuk ke kampus dan sekolah-sekolah karena itu adil dan publik akan menilainya," kata Ade.
Ia menilai karakter komunikasi politik yang bisa diterima pemilih pemula adalah konsep mengenai masa depan mereka yang bisa dijamin oleh kandidat. Menurut dia, kaum muda tidak hanya berorientasi pada hiburan saja tetapi mereka memikirkan masa depan mereka dan itu adalah aspirasi yang harus didengar kandidat.
"Pemilih pemula memiliki agenda persoalan, seperti mau tidak mau mereka menghadapi dunia yang berubah ketika pasar bebas dibuka dan harus bersaing dengan orang lain. Mereka butuh pekerjaan dan sekolah yang baik," ujarnya.