REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon mengatakan tentara Suriah dan militan merekrut anak-anak untuk berperang dalam perang sipil. Sebagian dari mereka disiksa oleh pasukan pemerintah karena memiliki hubungan dengan oposisi.
Laporan tersebut diterbitkan setelah delegasi khusus PBB untuk anak-anak dan konflik bersenjata, Leila Zerrougui mengunjungi Suriah pada Desember lalu. Dia mengatakan ribuan anak-anak terbunuh dalam kekerasan. Sementara ribuan anak lainnya melihat anggota keluarganya terbunuh atau terluka.
Anak-anak direkrut, dibunuh, disiksa atau diperkosa oleh pasukan pemerintah dan kelompok bersenjata di Afghanistan, Chad, Kongo, Somalia, Sudan, Sudan Selatan, dan Yaman. Mereka juga direkrut kelompok bersenjata di Mali, Kolombia, Filipina, Myanmar, Iran, dan Republik Afrika Tengah. PBB memperkirakan usia anak-anak itu di bawah 18 tahun.
Ban mengatakan penyiksaan terhadap anak-anak di Suriah telah mengkhawatirkan. "Ada sejumlah kasus kekerasan seksual pada anak laki-laki untuk mendapat informasi atau pengakuan yang dilakukan oleh pasukan pemerintah, " ujarnya dikutip Reuters.
Tahanan anak terutama anak laki-laki yang masih berusia 14 tahun mendapat metode penyiksaan seperti orang dewasa. Mereka mendapat sengatan listrik, pemukulan, ancaman, dan penyiksaan seksual. Kelompok oposisi bersenjata termasuk Tentara Pembebasan Suriah juga dituduh menggunakan anak-anak yang umumnya berusia 15-17 tahun baik dalam pertempuan atau peran pendukung seperti mengangkut makanan.
Ban mengatakan pemerintah Suriah dan Koalisi Nasional Revolusi Suriah serta Tentara Oposisi telah meyakinkan Zerrougui bahwa mereka berkomitmen untuk menghentikan kekerasan terhadap hak anak.