REPUBLIKA.CO.ID, Sempat jarang terekspos di media massa setelah meninggalkan kursi wakil menteri pendidikan dan kebudayaan, nama Fasli Jalal kembali menghiasi ruang-ruang di media cetak dan online. Kamis (13/6) dua pekan lalu, guru besar Universitas Andalas Padang ini dilantik menjadi Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ia menggantikan Sugiri Syarief.
Sebelum menjabat wakil menteri pendidikan dan kebudayaan, sejumlah jabatan eselon 1 di kementerian itu sudah didudukinya. Sebut saja Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Tinggi. Di masa itu, program beasiswa untuk mahasiswa miskin (Bidik Misi) dicanangkan.
Fasli juga pernah menjabat Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) dan Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda. Saat kementerian itu masih bernama Departemen Pendikan Nasional, Fasli salah seorang di antaranya yang duduk di kursi staf ahli.
Lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, 1 September 1953, karier ayah tiga anak ini di pemerintahan terbilang panjang. Ia sempat menjadi staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Panggilan tugas kemudian membawanya berkantor di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di Jakarta.
Di sini ia sempat menjabat sebagai kepala Biro Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Atas perannya di jabatan itu, Fasli dianugerahi penghargaan The Leadership Achievement Award in Higher Education dari Asia Pacific Academic Consortium for Public Health, di Honolulu, 2010.
Apa yang akan dilakukan dalam mengemban tugas barunya sebagai kepala BKKBN? Fasli menyatakan akan selalu dan terus berusaha menjalankan program-program kependudukan Tanah Air dengan lebih baik. Namun, ia menyatakan akan mendalami lebih dulu. ''Saya pelajari dulu,” doctor of philosophy dari Universitas Cornell, Ithaca, New York, Amerika Serikat ini menuturkan.
Toh, kepada Alicia Saqina dari Republika, suami Gusnawirta Taib ini masih bersedia memaparkan pandangan dan rencana-rencana programnya di BKKBN dalam sebuah wawancara. Berikut petikannya:
Bagaimana Anda melihat jumlah remaja Indonesia saat ini dan program Genre (Generasi Berencana)?
BKKBN punya remaja-remaja yang mengenyam pendidikan sudah di atas 65 persen. Jadi, 65 persen sudah ada di pendidikan, 25 persen berada di perguruan tinggi. Ini harus kita masifkan. Genre tidak hanya mencari duta-duta mahasiswa saja. Dosen kita kasih wawasan, OSIS kita bantu. Bukan hanya menjadi peserta duta, tetapi juga mampu menjadi sekretarian di lingkungannya. Tapi, ini harus disampaikan dengan bahasa mereka agar lebih mudah dipahami.
Apakah BKKBN akan bersinergi lagi dengan pos daya?
Kami sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang Kependudukan dan Keluarga. Jelas, kita melihat dinamika kependudukan yang paling harus cepat dijangkau. Lalu, bagaimana remaja—siswa SMA dan mahasiswa—betul-betul mantap dan tahu berapa besar tentang isu kependudukan. Berapa besar juga peran mereka memutuskan kawin, kapan hamil. Intinya, perencanaan sebuah keluarga yang lebih baik lagi.
Apa langkah BKKBN mengatasi banyaknya keinginan kaum muda yang memutuskan menikah dini?
Ini kan kelompok umurnya pendek, tidak terlalu panjang. Empat juta pasangan pertahun yang menikah. Tiap agama beda-beda. Saya sudah bicara dengan Sekjen Kementerian Agama. Kita akan coba melihat kembali dan maksimalkan terkait bagaimana calon pengantin ini.