Rabu 03 Jul 2013 13:57 WIB

Saksi Penyerangan Lapas Cebongan Sempat Dianiaya

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Mansyur Faqih
Tiga dari 12 terdakwa anggota Kopassus Grup II Kandang Menjangan Kartasura yang terlibat kasus penyerangan tahanan Lapas 2B Cebongan menjalani sidang militer lanjutan di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Bantul, Yogyakarta, Senin (24/6).
Foto: Antara
Tiga dari 12 terdakwa anggota Kopassus Grup II Kandang Menjangan Kartasura yang terlibat kasus penyerangan tahanan Lapas 2B Cebongan menjalani sidang militer lanjutan di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Bantul, Yogyakarta, Senin (24/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Salah satu saksi pelaku penyerangan Lapas Klas 2B Sleman, Widiatmana mengaku sempat dianiaya oleh pelaku. Akibatnya, ia mengalami pendarahan pada gusi atas lantaran ditendang. "Kemungkinan saya tiarap kurang sempurna karena saya takut senjata, saya diinjak di bagian tengkuk, gigi saya berdarah. Gak tahu yang nginjak siapa," katanya ketika memberikan kesaksian di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Rabu (3/7).

Hingga saat ini ia mengaku harus harus pergi ke dokter. Widiatmana yang juga sebagai wakil komandan penjaga lapas, mengaku sedang berada di belakang bersama dengan rekannya ketika pelaku masuk ke dalam lapas. Karena mendengar kegaduhan di depan, ia pun memeriksa keadaan. 

Namun, ketika ia sampai di pos tiga, salah satu pelaku menodongkan senjatanya dan mencari tahanan bernama Dicky. "Sampai di pos tiga ada yang masuk, mereka pakai sebo (penutup muka) warna gelap. Langsung ditanyai 'Dicky mana?'," katanya. 

Ia juga mengaku melihat seseorang yang diseret oleh dua pelaku. Kemudian salah satu pelaku bertanya di mana kunci tahanan. Widiatmana pun menunjukan rumah Margo Utomo, Kepala Keamanan lapas. Ternyata, menurut istri Margo, suaminya telah dibawa oleh petugas. "Terus saya kembali lagi ke portir dan disuruh tiarap," jelasnya. Tak lama kemudian, pelaku juga bertanya letak CCTV dan mencabutnya.  

Widiatmana juga mengaku memberikan kunci blok A, tempat Dicky dipenjara. Ia memberikan kunci tersebut lantaran pelaku menanyakan keberadaan Dicky, sementara para petugas lainnya telah dilumpuhkan oleh pelaku. "Saya terpikir karena teman-teman sudah lumpuh, maka saya ambil kunci blok A5. Kunci itu kemudian dilemparkan ke Edi Pras," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement