REPUBLIKA.CO.ID, oleh: Irwan Kelana (Wartawan Republika) dari Kairo, Mesir
Mesir adalah negeri yang sangat mengandalkan pariwisatanya. Sektor pariwisata menempati urutan kedua sebagai pemasok pendapatan setelah Terusan Suez.
Salah satu obyek wisata terpenting Mesir adalah Piramida di kawasan Ahramat Giza, kota Giza, 20 kilometer barat daya kota Kairo, ibukota Mesir. Sejak demo besar-besaran antipemerintah pada 30 Juni 2013, kawasan wisata yang berada di kota terbesar ketiga di Mesir tersebut sepi tanpa pengunjung. Namun sejak Jumat (5/7), turis mulai berdatangan kembali ke tempat tersebut. “Walaupun terjadi demo, Piramid tetap buka . Kami tetap jaga setiap hari. Namun sejak tanggal 30 Juni sampai 4 Juli 2013 tidak ada pengunjung yang datang. Baru hari ini mulai ada turis lagi. Pagi ini masih belum terlalu banyak. Insya Allah setelah Jumat, para turis akan lebih banyak lagi. Sebab biasanya turis banyak datang setelah shalat Jumat,” kata Mahmud, salah seorang polisi pariwisata kawasan Piramid saat dijumpai Republika, Jumat (5/7) pagi.
Turis yang datang tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari sejumlah negara, baik Asia maupun Eropa. Mereka datang perorangan maupun rombongan dengan kendaraan pribadi, taksi, maupun bus pariwisata.
Para turis itu tampak asyik berfoto dengan latar belakang Piramid Munkarot, yang merupakan Piramid terbesar di Mesir. Mereka juga asyik menikmati sajian khas gurun pasir, yakni naik unta dan berfoto dengan unta.
Kemudian, para turis tersebut tidak melewatkan kesempatan untuk mengunjungi kawasan tertinggi di kompleks Ahramat Giza, yang biasa disebut Panorama. Dari tempat tersebut mereka bisa menikmati pemandangan tiga Piramid sekaligus – Munkarot, Khufu dan Khafre -- sambil berfoto ria. Dari sinilah berbagai angle foto Piramid bisa didapat, mulai dari menggenggam Piramid, menunjuk Piramid, hingga “menginjak” Piramid.
Tak sedikit pula turis yang naik kuda dan membeli cendera mata khas Mesir, berupa handicraft mulai dari patung hingga gantungan kunci yang memiliki nuansa Mesir kuno. “Saya dan adik saya berasal dari Mauritania. Kami mengunjungi ayah kami yang bertugas sebagai diplomat di Mesir. Insya Allah kami akan menjalani Ramadhan di Mesir bersama orang tua kami,” kata Fatimah, turis asal Mauritania.
Bagi gadis yang saat ini kuliah di Tunisia itu, Piramid merupakan obyek wisata yang sangat menarik dan mengagumkan. “Indah dan misterius,” tutur gadis yang fasih berbahasa Arab dan Inggris itu. Karena itu, gadis berbola mata indah itu tak rau-ragu berfoto dengan latar belakang Piramid.
Apakah Fatimah tidak cemas dengan kondisi politik Mesir yang saat ini masih belum menentu? “Saya tidak khawatir. Situasi Mesir bukan masalah besar,” kata gadis yang datang bersama ibu dan ayahnya itu dengan mata berbinar.
Kehadiran turis domestik maupun asing di kawasan Ahramat Giza menjadi berkah tersendiri dari para pedagang cendera mata. “Selama beberapa hari Piramid sepi. Alhamdulillah, hari ini sudah mulai ada turis lagi,” kata Sayid, salah seorang pedagang cendera mata