Kamis 11 Jul 2013 15:50 WIB

Masih Banyak Makanan Mengandung Bahan Berbahaya di Yogyakarta

Rep: Yulianingsih/ Red: Karta Raharja Ucu
Razia makanan kadaluarsa, ilustrasi
Razia makanan kadaluarsa, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta, kembali melakukan pemantauan kualitas bahan makanan yang beredar di beberapa pasar di Yogyakarta, salah satunya Pasar Beringharjo Yogyakarta, Kamis (11/7).

Berdasarkan pantauan tersebut BBPOM masih menemukan banyaknya bahan makanan yang menggunakan bahan berbahaya. Kasi Layanan Informasi dan Kosumen BBPOM Yogyakarta, Soesi Istyorini, mengatakan, dari hasil pemantauan tersebut petugas berhasul mengambil sebelas sampel makanan kering yang diindikasikan mengandung bahan berbahaya. "Setelah kita uji labolatorium ternyata tujuh di antaranya positif menggunakan bahan berbahaya," jelasnya.

Ketujuh sampel makanan ini, katanya, positif menggunakan zat pewarna tekstil rhodamin B. Beberapa makanan kering tersebut adalah slondok, klanting dan krupuk. Semuanya berwarna merah cenderung pink menyala. "Ciri makanan kering mengandung pewarna tekstil adalah warnanya menyala atau ngejreng bahasa Jawanya," ujarnya.

Selain berwarna cerah, masyarakat bisa melakukan identifikasi awal terhadap bahan makanan yang mengandung bahan kimia tadi. Jika bahan makananya berbentuk cair bisa diletakkan  di bawah sinar matahari. Jika warna cairan berpendar merah muda keunguan, maka dipastikan jika minuman tersebut mengandung rhodamin B.

Pantauan kualitas makanan yang dilakukan BBPOM sendiri dimaksudkan unruk menjaga kualitas makanan pada saat ramadhan.

Ani Wulandari, staf pemeriksaan BB POM DIY mengatakan, meski masih dijumpai pedagang yang menjual bahan makanan yang mengandung bahan berbahaya namun jumlahnya semakin berkurang dari hari ke hari. "Ini mungkin karena pedagang yang tidak tahu sehingga sosialisasi perlu terus dilakukan," katanya.

Sementara itu pedagang kerupuk di lantai 3 Pasar Beringharjo, Tuminem mengaku tidak tahu jika dagangannya mengandung bahan berbahaya berupa pewarna tekstil. "Saya tidak tahu, ini cuma setoran, nanti akan kita kembalikan ke distributornya," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement