REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Belasan aktivisi dari dekade 1980-an sampai 1998 berkumpul di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Jum'at (12/7). Mereka datang untuk mengenang wafatnya aktivis Amir Husain Daulay yang wafat tujuh hari lalu.
Para aktivis mengenang wafatnya Amir dengan cara membacakan puisi-puisi karya almarhum W.S Rendra. Salah satu aktivis yang juga sahabat Amir, Trimedya Panjaitan mengatakan acara malam ini sebenarnya merupakan gagasan Amir ketika masih hidup. "Puisi-puisi yang kita bacakan dipilih sendiri oleh Amir," kata Trimedya.
Trimedya menyatakan sebelum Amir meninggal, dia diminta Amin membacakan puisi Rendra yang berjudul "Jangan Takut Ibu". Puisi ini menurutnya sengaja dipilih Amir untuk memberi semangat kepada Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri yang baru saja ditinggal suaminya Taufik Kiemas. "Puisi ini bercerita tentang semangat seorang Ibu menghadapi gelombang kehidupan dalam kesendirian," ujar Trimedya.
Selain Trimedya, ativis lain yang turut berpartisipasi membacakan puisi karya Rendra diantaranya: Isti Nugroho, Erik S. Wardhana, Desmond J. Mahesa, Denny JA, Afnan Malay, SN. Laila, Wenry Anshori Putra, Lukas Luwarso, M. Jumhur Hidayat, Eva Kusuma Sundari, dan Beathors Suryadi.
Berikut ini isi puisi berjudul jangan takut Ibu karya W.S Rendra:
JANGAN TAKUT IBU ~ W.S. Rendra
Matahari musti terbit.
Matahari musti terbenam.
Melewati hari-hari yang fana
ada kanker payudara, ada encok,
dan ada uban.
Ada gubernur sarapan bangkai buruh pabrik, Bupati mengunyah aspal, Anak-anak sekolah dijadikan bonsai.
Jangan takut, Ibu!
Kita harus bertahan.
Karena ketakutan
meningkatkan penindasan.
Manusia musti lahir.
Manusia musti mati.
Di antara kelahiran dan kematian
bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, serdadu-serdadu Jepang memanggal kepala patriot-patriot Asia, Ku Klux Klan membakar gereja orang Negro, Terotis Amerika meledakkan bom di Oklahoma Memanggang orangtua, ibu-ibu dan bayi-bayi, di Miami turis Eropa dirampok dan dibunuh, serdadu Inggris membantai para pemuda di Irlandia, orang Irlandia meledakkan bom di London yang tidak aman.
Jangan takut, Ibu!
Jangan mau gigertak.
Jangan mau diancam.
Karena ketakutan
meningkatkan penjajahan.
Sungai waktu
menghanyutkan keluh-kesah mimpi yang meranggas.
Keringat bumi yang menyangga peradaban insane Menjadi uranium dan mercury.
Tetapi jangan takut, ibu!
Bulan bagai alis mata terbit di ulu hati.
Rasi Bima Sakti berzikir di dahi.
Aku cium tanganmu, Ibu!
Rahim dan susumu adalah persemaian harapan.
Kekuatan ajaib insan
Dari zaman ke zaman.