Senin 15 Jul 2013 17:39 WIB

Stunning (Pemingsanan) Hewan Dianggap Mampu Menjaga Kualitas Daging

Pemingsanan sapi di sebuah Rumah Potong Hewan (RPH).
Foto: adelaidenow.com.au
Pemingsanan sapi di sebuah Rumah Potong Hewan (RPH).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Direktur American Institute for Indonesian Studies (AIFIS), Johan Purnama menyebut, melonjaknya harga daging sapi pada Ramadhan tahun ini jangan sampai menurunkan kualitas daging.

“Sudah harganya tinggi, kualitasnya rendah pula. Itu namanya sudah jatuh tertimpa tangga. Kualitas produk harus menjadi perhatian utama. Yaitu produk yang halal, aman, utuh, dan sehat, sebagaimana yang menjadi amanat UU No 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan,” tuturnya.

Ia menyebut, dalam UU No 18/2009 kualitas daging hewan ternak memang bertitik tolak dari kesehatan ternaknya. Karena kesehatan hewan juga berdampak terhadap kesehatan manusia, hewan lainnya, dan ekosistemnya.

Salah satu standar penting dalam memastikan kesehatan hewan ternak tersebut, sebut Johan, adalah faktor stres ternak tersebut. Efek stres mempengaruhi kualitas karkas (daging), dan otomatis mempengaruhi kesehatan konsumen.

“Hewan ternak yang mengalami stres dapat mengubah metabolisme otot postmortem-nya. Perubahan tersebut bahkan akan menghabiskan persediaan glikogen ototnya. Daging berwarna gelap dan kadar pH daging menjadi tinggi terjadi karena perubahan ini. Tingginya pH daging itulah yang dihindari karena lebih sensitif tumbuh-kembangnya bakteri,” kata Johan memaparkan.

Johan berpendapat, biasaya kondisi stres hewan ternak meninggi mendekati proses penyembelihan, terutama penyembelihan yang dilakukan secara manual atau tradisional. Kecenderungan perlakuan kasar para penjagal, katanya, sulit dihindari dalam proses penyembelihan secara manual tersebut. Seperti diikat, dibanting, dan ditekan sekuat tenaga.

"Perilaku kasar itu menjadi-jadi karena para jagal harus mengejar waktu dan target dari jumlah hewan ternak yang akan disembelih, sehingga berpotensi mengabaikan aturan-aturan penyembelihan dalam Islam," tuturnya.

Karena itulah, menurut Johan, meminimalisir kondisi stress pada hewan ternak tersebut, perlu menerapkan teknik stunning (pemingsanan). Ini adalah metode yang dilakukan dengan cara memingsankannya terlebih dahulu sebelum penyembelihan. Dalam keadaan pingsan lebih mudah dikendalikan, dan saat itulah penjagal menyembelihnya.

“Manfaat teknik stunning ini berantai. Bukan saja sebagai bentuk pemenuhan hak hak hewan; mengurangi kondisi stress pada hewan ternak yang akan disembelih, yang juga berarti turut menjaga kenormalan pH daging dan berpengaruh terhadap kesehatan konsumen; tapi juga untuk mengefisiensikan waktu dan tenaga. Banyaknya sapi yang dipotong tidak efektif dilakukan satu per satu secara manual,” papar peraih Indonesian Professionals’ Association (IPA) Social Innovation and Entrepreneurship (SOLVE) Awards 2011 atas inisiatif The Learning Farm.

Di beberapa rumah potong hewan (RPH) besar di Indonesia, stunning telah diterapkan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat juga telah mengeluarkan fatwa membolehkan penggunaan teknik dan alat stunning, melalui Fatwa MUI No 12/2009 tentang Standar Sertifikasi Penyembelihan Hewan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement