REPUBLIKA.CO.ID, HARARE -- Setelah 33 tahun memegang kekuasaan, Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, kembali berkampanye, dengan memetik keuntungan atas kedudukannya selama beberapa tahun itu.
Pada 31 Juli, warga Zimbabwe akan memungut suara untuk memilih presiden. Satu nama, sosok yang tetap dan kertas suara sejak negara itu merdeka tahun 1980 akan muncul kembali.
Robert Gabriel Mugabe yang lahir dari kerajaan Ottoman itu menyerukan suatu pemilihan untuk 'perjuangan hidup kita'. Kampanye politiknya masih menarik perhatian kerumunan yang dibakar oleh ciri khas pidatonya yang panjang yang membakar lawan politiknya.
Pada hari pertama dari 10 hari masa kampanye, ia lalu-lalang di negerinya untuk menyampaikan pidato kampanye. Namun, pria berusia 89 tahun itu menampilkan perubahan.
Ciri khas penampilannya di depan umum memudar di tengah gelombang pendukung di balik kendaraan saat ia berpidato dengan gembar-gembor, mencaci-maki serta menggertak. Sikunya bertumpu pada podium untuk menopang tubuhnya.
Suatu penyesuaian --perpindahan dari pemilu terakhir 2008-- berdiri berbeda dengan pria yang beberapa tahun lalu sangat gesit melompati tangga pesawat dengan mudah untuk menuju kantor partainya.
Meskipun Mugabe tampil bersemangat dan sombong dalam poster kampanyenya, langkahnya yang lamban dan sikapnya menunjukkan cerita yang berbeda. Hal itu menambah spekulasi mengenai kesehatan politisi paling berpengaruh di Zimbabwe itu.
Para mengamat mengatakan bahwa ia akan bergantung pada alat negara untuk menangkis tantangan pesaing lamanya sebagai calon presiden, yaitu Perdana Menteri Morgan Tsvangirai.
"Akan menjadi beban baginya dengan memperhatikan usianya. Tetapi, apa yang akan berkurang adalah alat negara yang siap melayaninya," kata Dumisani Nkomo, pengamat politik di Bulawayo.
Ini termasuk akses tanpa batas pada media pemerintah. Penjelasan resmi mengenai kesehatan Mugabe dikawal dengan ketat.
Mugabe kerap melakukan perjalanan ke Singapura untuk perawatan mata terkait dengan katarak. Wikileaks dua tahun lalu pernah menyiarkan kawat diplomatik AS tahun 2008 yang menunjukkan ada masalah kesehatan lain yang lebih parah.
Pada waktu itu, kepala bank sentral Gideon Gono mengatakan kepada duta besar AS bahwa Mugabe mengalami kanker prostat. Dia telah diberitahu dokter bahwa ia memiliki sisa waktu hidup kurang dari lima tahun.
Kasak-kusuk mengenai kesehatannya tetap menjadi bahan pembicaraan di jalanan Harare.