REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, segera membentuk tim investigasi untuk mengungkap kasus kematian siswi SMK 1 Pandak saat mengikuti masa orientasi siswa (MOS) di sekolah tersebut.
"Tim Investigasi itu berasal dari unsur Dinas Pendidikan Menengah dan Nonformal (Dikmenof). Tim akan mulai melakukan penyelidikan minggu depan," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Bantul, Riyantono usai peringatan Hari Jadi Bantul ke-182, Sabtu sore.
Anindya Ayu Puspitasari siswi baru SMK 1 Pandak Bantul dilaporkan jatuh pingsan usai menjalani hukuman "squod jump" saat mengikuti kegiatan MOS pada Jumat (19/7) dan meninggal dunia ketika dibawa ke rumah sakit.
Sekda mengatakan, selain menyelidiki kasus kematian Anindya, tim investigasi juga harus bisa merekomendasikan langkah apa yang bisa diambil untuk pelaksanaan MOS di masa yang akan datang.
"Kami juga akan melakukan evaluasi secara menyeluruh pelaksanaan MOS terhadap siswa baru di Bantul. Kalau bisa dihapuskan kemungkinan akan kami hilangkan," katanya.
Panitia MOS SMK 1 Pandak, Bantul, Deni Dion, sebelumnya mengatakan Anindya jatuh pingsan di sela kegiatan baris-berbaris dalam penutupan MOS pada Jumat (19/7). Saat itu Anindya mendapatkan hukuman karena tidak mengenakan kaos olahraga.
"Ada sebanyak 20 siswa yang melanggar peraturan MOS, dan semuanya dihukum "squod jump" sepuluh kali. Tetapi dia tidak kuat sampai sepuluh kali, kemudian balik lagi ke barisan," katanya.
Hanya saja, kata dia, pihaknya tidak menduga jika hukuman tersebut mengakibatkan siswa kelelahan serta jatuh pingsan dan akhirnya meninggal dunia saat dibawa ke rumah sakit.