REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Indofarma Tbk menyatakan pelemahan rupiah membuat beban produksi semakin tinggi. Pasalnya perseroan masih melakukan impor bahan baku yang memerlukan dolar AS untuk melakukan transaksinya.
"Dampaknya ke bahan baku karena 90 persen impor," kata Direktur Produksi Indofarma Kosasih kepada Republika, Ahad (28/7).
Indofarma sendiri telah mematok harga dolar di kisaran Rp 9.500. Kenyataannya nilai tukar rupiah terhadap dolar terus melemah hingga Rp 10.200. Sehingga hal ini akan menggerus harga pokok produksi perseroan sekitar 2-3 persen.
Dampak akibat pelemahan rupiah bakal terasa di akhir tahun. Saat ini pun sebetulnya sudah mulai terasa, kata Kosasih, karena perseroan perlu melakukan sejumlah pembayaran untuk mendapatkan bahan baku.
Untuk mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah, Indofarma tengah mengupayakan kenaikan harga produk yang masuk ke dalam electronic catalog milik Kementerian Kesehatan RI.
"Karena untuk harga obat generik tidak mungkin dinaikkan, kami melihat apa mungkin harga ecatalog bisa dikompensasi," ujar Kosasih.
Meskipun meningkatkan ongkos produksi, Indofarma belum akan merevisi targetnya. Sejauh ini target penjualan masih sesuai dengan rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) yang ditetapkan, yaitu Rp 1,4 triliun.