REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Rully Akbar mengatakan, sebanyak 74,78 persen publik merindukan Hari Raya secara serentak di seluruh Indonesia.
"Meskipun penduduk Indonesia menghargai perbedaan mereka ternyata merindukan hal ini," katanya di Jakarta, Ahad, (18/8).
Sedangkan publik yang menilai Hari Raya tidak harus serentak, kata Rully, hanya sebanyak 22,12 persen. Mereka menganggap Hari Raya dilakukan berdasarkan kepercayaannya. Sedangkanya publik yang tidak tahu sebanyak 3,10 persen.
Agar Hari Raya bisa dilaksanakan secara serentak, ujar Rully, harus ada kesediaan para ulama, pimpinan ormas Islam, maupun ilmuwan untuk menyatukan parameter dalam menentukan awal Ramadhan dan Lebaran.
"Harus dilakukan kumpul bersama untuk menentukan tanggal yang tetap," ujarnya.
Ilmu pengetahuan, terang Rully, harus digunakan secara maksimal untuk melakukan prediksi secara akurat menentukan awal Ramadhan dan Lebaran. Pemerintah juga harus konsisten dalam penanggalan awal Ramadhan dan Lebaran.
Berdasarkan survei LSI, sebanyak 53, 66 persen publik menilai ilmu pengetahuan sudah mampu menentukan awal Ramadhan dan Lebaran. Hanya 31, 71 persen publik yang menilai ilmu pengetahuan tidak bisa menentukan awal Ramadhan dan Lebaran. Sedangkan 14,63 persen publik tidak tahu.