REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Pemimpin komunitas Muslim Khasmir meminta kepolisian India lebih menghormati kepercayaan umat Islam.
Permintaan ini disampaikan setelah terjadi insiden penodaan yang diduga dilakukan kepolisian India ketika menggeledah rumah sejumlah aktivis Muslim. "Ketika hak dasar seseorang dilanggar, wajar ada reaksi. Tak salah dengan perjuangan yang dilakukan," kata Syeda Ali Geelani, Ketua Hurriyat Conference, seperti dikutip onislam.net, Selasa (20/8).
Aksi protes meletus ketika tentara dan kepolisian India menggeledah aktivis Muslim di Kashmir, termasuk Abdul Salam Naikoo, Abdur Rasheed Mir, Mohammad Yaqoob dan lainnya. Tidak diketahui apa motif di balik penggeledahan yang dilakukan.
Menurut saksi mata, tentara dan kepolisian India menggeledah alat-alat rumah tangga dan menghancurkan jendela kaca rumah para aktivis. Masih menurut saksi mata, seorang polisi juga merobek Alquran yang disaksikan penduduk setempat.
"Ketika kepolisian menggeledah rumah Abdul Rasheed, banyak kerusakan yang ditimbulkan termasuk literatur keagamaan," kata Gaelani.
Ia mengungkap, penduduk setempat menyatakan kendati kepolisian bertanggung jawab atas masalah ini, mereka tidak meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan. Sebaliknya, mereka justru menangkapi para pemuda yang dituduh terlibat dalam aksi demontrasi.
Insiden ini yang kemudian memecah aksi demonstrasi di Kashmir. Puluhan orang terluka dan ditahan ketika kepolisian mencoba meredakan aksi demonstrasi. "Masyarakat beradap memiliki hak menyatakan pendapat. Namun, negara melakukan tekanan," kata Gaelani.