REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penembakan yang menewaskan tiga polisi di Tangerang Selatan, ternyata tidak membuat nyali anggota polisi lainnya ciut.
Aiptu Edi (48 tahun), anggota Unit Sabhara Polsek Pamulang mengaku tidak takut terharap teror tersebut. Ia menjelaskan, penjiwaan terhadap tugas kepolisian sangat penting untuk mengusir rasa takut tersebut.
"Saya sudah menjiwai tugas polisi, buat apa takut," katanya, Selasa (20/8).
Edi, yang sudah 30 tahun menjadi polisi ini itu berpendapat, jika ada polisi yang takut, mungkin itu polisi baru dan belum terpupuk penjiwaan kepolisian. Namun, Edi tetap menuruti perintah atasannya agar waspada, seperti melepas baju dinas ketika pulang dan pergi kerja di malam hari atau melewati tempat sepi.
Sekalipun begitu, Edi jarang melepas baju dinasnya. Menurutnya, baju dinas merupakan kebanggaan seorang polisi dan membuat rasa aman masyarakat. "Saya jarang juga lepas baju dinas, yakin saja tidak terjadi apa-apa," tuturnya.
Edi mengatakan, jika di Mapolsek Pamulang, seluruh polisi tidak melepas baju dinasnya. Ini bukti pelayanan masyarakat. Sebenarnya, kata Edi, meski pakai atau tidaknya baju dinas tidak ada kaitan kendalanya dengan pelayanan masyarakat. "Ya, masyarakat harus dilayani," tuturnya.
Edi menegaskan, siap dengan segala resiko yang diembannya sebagai seorang polisi. Waspada itu penting tapi jangan sampai ketakutan.
Ia mengatakan, tugas polisi sebagai pelindung dan pelayan masyarakat harus berani menghadapi risiko seburuk apapun.
Seperti diketahui, tiga penembakan terhadap polisi terjadi dalam waktu berdekatan. Tiga polisi tewas dan satu polisi terluka dalam peristiwa tersebut. Aiptu Dwiyatna, anggota Binmas Polsek Cilandak tewas ditembak di Ciputat, Tangerang Selatan, ketika ingin memberikan ceramah di Lebak Bulus beberapa waktu lalu.
Sementara, Bripda Maulana dan Aipda Kus Hendratma, Anggota Polsek Pondok Aren, tewas ditembak Jalan Graha Raya Pondok Aren Tangerang, tepatnya di dekat masjid Bani Umar.