Ahad 01 Sep 2013 22:06 WIB

Dolar AS Semakin Naik, Air India Berhemat

Rep: Friska Yolandha / Red: M Irwan Ariefyanto
Pesawat Air India
Foto: AP
Pesawat Air India

REPUBLIKA.CO.ID,NEW DEHLI -- Nilai tukar rupe India terhadap dolar Amerika Serikat (AS) merosot ke level terendah pekan lalu. Per 28 Agustus nilai tukarnya anjlok 18 persen menjadi 68,84 rupe per dolar AS. Hal ini membuat negara tersebut terancam krisis terbesar sejak 1991.

Pelemahan rupe tidak hanya berdampak terhadap perekonomian negara secara umum, tetapi juga industri penerbangan. Untuk mencegah kerugian yang lebih besar, maskapai penerbangan nasional Air India Ltd melakukan lindung nilai dari pendapatan yang diperoleh dari operasi luar negeri.

Sekitar 50-60 persen dari total pendapatan Air India diperoleh dalam dolar AS. Ini dijadikan lindung nilai untuk tagihan yang tidak dalam mata uang rupe. "Maskapai mendapatkan opesawat baru melalui penjualan dan penyewaan. Karena itu perseroan tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kejatuhan nilai tukar," ujar Chairman Air India Rohit Nandan dalam sebuah wawancara, seperti dilansir laman Bloomberg, belum lama ini.

Air India mengakui eskalasi dolar yang terjadi sepanjang Agustus telah memberikan dampak signifikan terhadap sejumlah maskapai penerbangan. Namun karena sebagian besar bisnis perseroan adalah dalam dolar AS, kenaikan dolar tidak begitu berdampak terhadap kinerja perseroan. "Peningkatan nilai tukar dolar AS tidak mempengaruhi Air India sebanyak maskapai lain," kata Nandan.

Air India terbang ke 32 destinasi internasional. Perseroan milik negara ini juga telah melakukan perjanjian bisnis penerbangan atau codeshare dengan maskapai internasional Deutsche Lufthansa dan Singapore Airlines Ltd. Air India juga telah membuka rute penerbangan luar negeri baru, yaitu ke Birmingham, Melbourne, dan Sydney.

Tahun ini perseroan akan menambah Airbus A320 untuk pertama kalinya setelah tiga tahun karena berusaha memangkas biaya operasional. Perseroan telah mendapatkan tawaran dari lessor sebanyak 19 unit A320. Perseroan juga telah menerima 7 unit Boeing 787 dan sedang menunggu 20 unit sisanya.

Risiko pelemahan nilai tukar  mata uang membuat harga pesawat yang telah dipesan operator lokal ke Boeing Co dan Airbus SAS menjadi lebih mahal. Pasalnya harga yang harus dibayar adalah dalam mata uang dolar AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement