REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar al-Assad membantah semua tuduhan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama tentang penggunaan senjata kimia di negaranya. Assad pun menyatakan agar Washington membuktikan tuduhan tersebut.
''Tidak ada pembuktian tentang (militer) kami (Suriah) menggunakan senjata kimia,'' kata Assad dalam wawancaranya bersama CBS di Ibu Kota Suriah, Damaskus, Ahad (8/9).
Pernyataan Assad menyusul kian dekatnya sinyal hijau Perang Suriah dari Kongres AS. Alih-alih mengaku, rezim di Damaskus malah menawarkan agar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) kembali mengirimkan tim investigasi penggunaan senjata kimia.
Tawaran tersebut untuk meyakinkan internasional, tentang klaim sepihak Paman Sam. Menteri Luar Negeri (Menlu) Suriah Walid al-Moallem dan Menlu Rusia Sergei Lavrov bersamaan mengatakan mendukung upaya penyelidikan tersebut. Kedua rekanan ini bermaksud mendorong solusi damai tentang pertikaian di Suriah.
Keduanya mengatakan setuju, rencana serangan AS ke Damaskus tidak dapat diterima. Bukan saja lantaran tidak mendapatkan mandat Dewan Keamanan PBB (DK-PBB). Namun, tidak adanya pembuktian yang mengarah ke penggunaan senjata kimia. Dua menlu ini pun menawarkan meja perundingan kembali terhadap kelompok oposisi penentang Assad.
''Saluran diplomatik untuk penyelesaian semua ini belum habis,'' demikian pernyataan kedua menteri saat konfrensi pers di Moskow, Rusia, Ahad (8/9) waktu setempat.
AS menuduh rezim 12 tahun di Damaskus melakukan kejahatan kemanusian dengan penggunaan senjata kimia. Senjata tersebut, menurut AS dialamatkan kepada sipil.
Dikatakan lebih dari 1.400 sipil tewas. Tuduhan tersebut menjadi alasan kuat Obama untuk menginvansi Suriah. Meskipun mendapat reaksi negatif di PBB, AS tetap yakin dengan tuduhan sepihaknya.
Obama akan 'mengadukan' laporan penggunaan senjata itu ke Kongres AS, Senin (9/9) waktu Washington. Jawaban Capitoll Hill akan menjadi payung hukum untuk menginvansi Suriah.Di London, Inggris, Menlu AS John Kerry tetap mengkampanyekan Perang Suriah.
Meskipun Inggris menolak serangan tersebut, tapi dukungan pribadi Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron masih bersama AS. Dalam pernyataannya, Kerry mengatakan, tidak ada keraguan atas penggunaan senjata kimia. ''Senjata-senjata kimia di Suriah, dikendalikan dengan ketat oleh Assad,'' ujar Kerry.