REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Polisi Turki akan mengotopsi tubuh seorang pria yang diklaim pasukan oposisi meninggal dunia disebabkan gas air mata milik pasukan keamanan.
Serdar Kadakal, Jumat (13/9) waktu setempat tewas di distrik Kadikoy, Istanbul, kawasan yang pekan ini menjadi pusat protes antipemerintah, tempat polisi antihuru-hara menggunakan gas air mata selama tiga malam berturut-turut untuk membubarkan para demonstran.
Pihak oposisi mengklaim kematian teknisi suara berusia 35 tahun yang memiliki riwayat gangguan jantung itu disebabkan gas air mata. Tuduhan itu langsung dibantah polisi.
"Orang ini tidak berada di daerah tempat pasukan kami menggunakan gas," kata polisi dalam sebuah pernyataan di lamannya, dan dilansir AFP. "Otopsi resmi akan dilakukan untuk mengetahui penyebab kematiannya."
Kematian pria lain, Ahmet Atakan, dalam bentrokan dengan polisi di Antakya memicu kerusuhan di seluruh penjuru Turki. Pria berusia 22 tahun itu diklaim keluarganya tewas akibat tembakan proyektil polisi. Tapi oleh Menteri Dalam Negeri Muammer Guler menyanggah tudingan tersebut.
Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang menjadi sasaran protes di seluruh Negeri Dua Benua itu mengatakan, tindakan ilegal akan dihukum berdasarkan hukum yang berlaku.
"Tidak ada yang bisa mengganggu ketenangan kami," katanya dalam sebuah pidato di Turki bagian tenggara. Ia menuding Partai Rakyat Republik berada di balik serangkaian aksi unjuk rasa.