REPUBLIKA.CO.ID, QUEBEC -- Langkah Quebec melarang penggunaan simbol agama disayangkan komunitas beragama di sana. Ini karena, target dari Quebec Charter adalah ancaman terhadap kebebasan beragama ketimbang menyelamatkan sekularitas yang dibangun berabad-abad.
Piagam ini memastikan tidak dibolehkannya sektor publik tercemar dengan penggunaan simbol agama. Ini termasuk, sektor pemerintahan, medis, dan layanan sosial. Menteri Utama Ontario pun geram dengan piagam ini. Ia menganggap, piagam itu tidak mencerminkan keberagaman Kanada.
Sejak beberapa terakhir, masyarakat Quebec dan Kanada menyoroti masalah ini begitu seksama. "Saya bangga mengenakan hijab. Ini pilihan hidup saya, dan tiada seorang pun yang memaksa saya mengenakan hijab. Apa yang saya kenakan ini tidak akan berdampak negatif bagi saya atau orang lain," komentar Hagirah Farooq, mahasiswa Quebec, seperti dilansir Globe and Mail, Ahad (15/9).
Seperti masyarakat Kanada lainnya, Farooq begitu kecewa dengan aturan baru ini. "Ini sangat melanggar hak dasar manusia. Saya lahir di Kanada, saya memiliki hak yang sama. Jilbab ini pilihan saya, yang berarti hak dasar saya," kata dia.
Peter Hughes, mualaf asal Bromont, Quebec, juga geram dengan piagam itu. "Memalukan. Bagaimana bisa, pesan seperti itu bisa muncul di Quebec. Kami berencana meninggalkan kota ini untuk mencari tempat yang menghargai kepercayaan kami," ujarnya.
Secara terpisah, komunitas agama lain, seperti sikh, Buddha dan Kristen, merasa terpojok dengan aturan ini. Mereka, seperti halnya umat Islam, menilai piagam ini diskriminatif dan inkonstitusional. "Saya terbiasa mengenakan kalung salib, ini konyol kalau itu dilarang," kata Magda Grezchowiak.