REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pentagon mengatakan Selasa, akan mengkaji kembali keamanan di pangkalan militer AS di seluruh dunia setelah insiden penembakan oleh seorang pekerja kontrak pertahanan yang menewaskan 12 orang di Washington, sementara para penyelidik tengah mencari motif penembak tersebut.
Sehari setelah penembakan itu, petugas bekerja keras mencari jawaban bagaimana dan mengapa Aaron Alexis (34), bekas pelaut dengan sejarah indisipliner dan pelanggaran hukum, bisa lolos pemeriksaan keamanan.
Alexis pada Senin melepaskan tembakan di kompleks Angkatan Laut AS yang dijaga ketat, dimana ia juga memiliki pas masuk resmi, demikian menurut FBI. Ia akhirnya tewas dalam baku tembak dengan polisi di kompleks yang luas itu.
Untuk merespon pertanyaan mengenai pemeriksaan terhadap para pekerja kontrak, Menteri Pertahanan Chuck Hagel "bermaksud memerintahkan pengkajian kembali pengamanan fisik dan akses ke semua instalasi Departemen Pertahanan (DoD) di seluruh dunia," kata pejabat senior Pentagon.
Penembakan pada Senin yang memicu Presiden Barack Obama meminta kembali Kongres untuk mereformasi undang-undang persenjataan ini menyisakan banyak misteri yang harus dijawab oleh otoritas federal.
"Setelah kami bergeser dari fase krisis ke fase penyelidikan, fokus dan upaya kami mengarah pada beberapa pertanyaan," kata jaksa penuntut federal AS, Ronald Machen.
"Apa yang menyebabkan pria ini membunuh begitu banyak lelaki dan perempuan tak bersalah? Bagaimana ia menjalankan dan merencanakan serangan ini? Bagaimana ia mendapatkan senjata?"
Alexis, bekas personil cadangan AL disewa sebagai pekerja subkontrak IT untuk perusahaan komputer raksasa Hewlett-Packard, memasuki kompleks tersebut pada Senin dengan sebuah senapan berburu yang dibeli secara sah, kata beberapa sumber pejabat, mematahkan laporan sebelumnya bahwa ia memegang senjata penyerbu.
Ia tiba di Washington pada sekitar 25 Agustus dan tinggal di hotel setempat, namun motifnya masih menjadi misteri, kata Valerie Parlave, asisten direktur FBI di Washington.
"Kami terus melakukan wawancara, menggali media digital, dan menyusuri semua petunjuk untuk menyatukan semua kegiatannya akhir-akhir ini dan menemukan motif di belakang serangannya itu," katanya.
Harian New York Times melaporkan, Alexis menderita delusi dengan menyebutkan bahwa ia menelpon polisi Rhode Island bulan lalu untuk mengeluh soal suara-suara yang didengarnya.