REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jumlah penyuluh pertanian masih jauh dari yang ditargetkan yakni satu desa satu penyuluh. Di Jawa Barat, jumlah penyuluh pertanian pada saat ini 4.896 orang yang lebih dari setengahnya Tenaga Harian Lepas (THL).
Jumlah ini tidak mencukupi untuk sekitar 5.321 desa di Jabar. Sehingga, program surplus 10 juta ton beras pada 2014 bisa jadi tidak tercapai.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengungkapkan, berbagai upaya telah dilakukan Pemprov Jabar. Diantaranya sudah melakukan rekrutmen 1.000 THL dan pada perubahan APBD 2013 direncanakan akan merekrut sebanyak 387 untuk mengantisipasi kekurangan tenaga pengamat hama.
"Dengan rekrutan ini, diharapkan kekurangan sumberdaya manusia pertanian dapat teratasi," kata dia dalam jawaban pandangan umum terhadap pemandangan umum Fraksi-Fraksi DPRD Jabar belum lama ini.
Ia menjelaskan, penyuluh khusus pertanian sangat penting keberadaannya karena memberikan arahan kepada para petani bagaimana bertani dengan benar dan ekonomis.
Penyuluh pertanian, ungkap dia, mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam rangka pengembangan sumberdaya pertanian terutama petani di wilayah pedesaan.
Dengan adanya penyuluh, proses pembelajaran bagi petani dan pelaku usaha dalam produktivitas, pendapatan dan efesiensi usaha bisa tercapai.
Sayangnya, kata dia, tenaga dan arahan penyuluh masih dianggap sebelah mata oleh petani. Sebelum musim kemarau tiba, biasanya penyuluh sudah memberikan pemahaman kepada petani agar menanam tanaman palawija.
"Masyarakat tetap berujar mudah-mudahan saja panen, tapi tenyata tanaman tidak bisa dipanen karena kekurangan air. Tentunya ini harus diperhatikan bahwa perlu ada ketaatan masyarakat terhadap bimbingan penyuluh. Di waktu yang sama, penyuluh juga harus akurat memberikan penyuluhan. Sehingga pada saat musim kemarau menguntungkan petani kita," kata Aher.