REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON---Gerilyawan Al-Shabaab Somalia memiliki rencana matang dan menyembunyikan senjata di lokasi kejadian sebelum serangan dilaksanakan di sebuah pusat perbelanjaan Kenya, kata New York Times mengutip sejumlah pejabat AS.
Menurut laporan itu, sekelompok gerilyawan Al-Shabaab yang berbicara bahasa Inggris menjalani pelatihan di Somalia selama beberapa pekan sebelum serangan tersebut. Sabtu, kelompok militan itu menyerbu pusat perbelanjaan kelas atas Westgate di Nairobi dengan granat dan senapan serang serta membunuh staf dan pengunjung mall tersebut.
Kelompok itu menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam ketegangan dengan polisi dan pasukan hingga Selasa, ketika Presiden Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas. Penyelidikan masih terus dilakukan, namun menurut pejabat-pejabat keamanan yang dikutip New York Times, serangan itu direncanakan secara cermat di Somalia.
Kelompok itu memiliki cetak biru mal tersebut dan menyembunyikan senjata mesin di salah satu toko, mungkin dengan bantuan seorang pegawai yang korup. Beberapa militan tampaknya membawa pakaian pengganti sehingga mereka bisa melepaskan dan mengganti seragam gaya militer mereka, meninggalkan senapan mereka dan melarikan diri dengan bersembunyi diantara warga sipil yang menyelamatkan diri.
Badan-badan intelijen masih menunggu hasil uji DNA sejumlah penyerang yang ditangkap dan tewas untuk memastikan apakah mereka direkrut dari AS, Inggris dan tempat-tempat lain di luar Somalia. Sejumlah saksi yang dikutip New York Times menyebutkan, sedikitnya dua dari penyerang adalah wanita, dan ada laporan-laporan kelompok itu mungkin dipimpin oleh militan Inggris Samantha Lewthwaite. Lewthwaite, yang dikenal sebagai "Janda Putih", adalah seorang mualaf dan janda dari penyerang bom bunuh diri yang beraksi di London pada Juli 2005.