REPUBLIKA.CO.ID, NUSADUA -- Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) tidak efektif untuk mencapai suatu kesepakatan yang mengikat antarnegara. APEC dianggap efektif hanya untuk mencapai kesepahaman yang bisa ditindaklanjuti secara bilateral.
Dalam APEC 2013 ini, Indonesia memiliki tiga kepentingan, yakni meraih Bogor Goals, konektivitas dan kesetaraan. Pengamat ekonomi Drajad Wibowo mengatakan hal tersebut sulit tercapai.
"APEC tak punya kekuasaan untuk menghukum. Beda dengan WTO yang bisa memberikan hukum," ujar dia, Selasa (1/10).
Salah satu poin dari Bogor Goals yang ingin dicapai adalah menekan biaya perdagangan di bawah 5 persen. Drajad mengatakan hal itu akan sulit dicapai dalam APEC 2013. Menurut dia, masih banyak persoalan perdagangan yang belum diselesaikan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama.
Ia meyakini target yang dicapai Indonesia untuk memasukan CPO sebagai produk ramah lingkungan cukup masuk akal. Ia berharap Indonesia dapat fokus pada tujuannya tersebut karena CPO merupakan produk ekspor unggulan Indonesia. "Namun, lobinya akan sulit," ujar dia.
Menurut dia, APEC akan sulit untuk mencapai suatu keputusan yang bersifat berat dan legal, namun baik untuk membangun kesepahaman yang kemudian ditindaklanjuti secara bilateral.
"Kalau diwujudkan dalam statement bisa. Jadi mungkin sebatas pernyataan bisa. Tapi langkah realnya harus lari ke WTO," ujar dia.
Bappenas mengatakan tiga tujuan Indonesia dalam APEC dapat diraih. Direktur Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan dari hasil pertemuan pada Selasaa (1/10) semua negara mendukung tujuan Indonesia.
"Semua berterima kasih pada Indonesia atas inisitaif yang mendorong sustainable growth dan promoting connectivity," ujar Amalia.
Menurut dia, 21 negara yang tergabung dalam APEC mendukung Indonesia karena tujuan yang ingin diraih Indonesia sesuai dengan kepentingan negara lainnya. Bahkan, Cina berjanji akan mendorong tujuan tersebut tahun depan ketika menjadi tuan rumah.
Sementara itu, tujuan pertama Indonesia, yakni Bogor Goals, hanyalah bersifat reiterasi. "Indonesia sebagai tuan rumah. Kita perlu mengangkat yang legendaris, tapi menyesuaikan dengan kondisi global," ujarnya.