Rabu 09 Oct 2013 14:02 WIB

Megawati: Harus Ada Presiden Perempuan Lagi

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Mansyur Faqih
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
Foto: ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nasib perempuan Indonesia masih termajinalkan. Perempuan belum berada dalam posisi semestinya dalam pembangunan bangsa. Padahal, sejarah membuktikan betapa besarnya peran perempuan menjelang proklamasi kemerdekaan.

"Peran wanita saaat ini mengalami kemunduran," kata Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Sukarnoputri di Jakarta, Rabu (9/10).

Mantan presiden RI tersebut mengatakan, di zaman kemerdekaan perempuan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap bangsa. Mereka mencurahkan hidupnya untuk kemajuan bangsa. Kondisi ini berbeda dengan sekarang.

Megawati menyatakan, meski pun saat ini perempuan telah banyak mengalami kemajuan, namun lebih bersifat individualistik ketimbang kolektif. "Dibandingkan masa kemerdekaan perempuan memiliki dedication of life. Kalau sekarang perempuan lebih maju, itu benar. Tapi sifatnya masih individual," ujar Megawati.

Ia pun mengaku prihatin dengan merosotnya kesadaran perempuan akan hak dan kewajiban mereka. Menurunya kemerosotan kesadaran perempuan akan hak dan kewajiban turut berperan atas meningkatnya jumlah pengguna narkoba di kalangan remaja dan anak-nak. "Para ibu yang harus mengurus anak malah pergi menjadi TKI," katanya.

Megawati juga menyinggung minimnya kesadaran politik perempuan. Menurutnya masih banyak kaum perempuan yang alergi terhadap politik. Padahal perempuan mestinya tahu kalau politik yang menentukan kenaikan harga bahan pokok. 

Megawati pun menyerukan agar kaum perempuan turut serta ambil peduli atas persoalan pendidikan, perdagangan wanita, dan tingkat kesenjangan ekonomi antardaerah. "Maka itu harus ada presiden perempuan lagi, entah tahun berapa," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement