REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemacetan di Jakarta dipastikan bertambah menyusul dilaksanakannya pembangunan MRT.
Kepala Dinas Perhubungan DKI, Udar Pristono mengatakan, Jakarta memang sudah macet sehingga diperlukan angkutan umum masal.
"Paling ampuh kereta api karena daya angkutnya tinggi," kata dia, Sabtu (12/10).
Udar melanjutkan, MRT yang baru dimulai pembangunanya ini memiliki rute Lebak Bulus hingga HI dengan panjang 15,7 KM dan terdiri dari 13 stasiun. Tujuh stasiun di atas dan enam di bawah tanah.
Untuk mengatisipasi kemacetan yang ditimbulkan pembangunan MRT tersebut, Dishub akan mengeluarkan pengaturan yang bernama Traffic Managemen During Contraction (TMDC). Menurut Udar, sistem ini ada tiga pola.
Yang pertama, untuk di daerah kerja Sudirman-Thamrin sampai Fatmawati jika ada penyempitan jalan selama pembangunan berlangsung, maka akan diadakan penggeseran jalan.
Jika satu lajur sempit dan membuat macet, akan diganti dengan penambahan lajur di sampingnya dan ini dinamakan (Shifting). Penggeseran jalan itu dilakukan di tempat di mana ada penyempitan jalan.
"Lebar jalan dan jumlah jalan jadi tetap," kata dia.
Pola kedua ialah Loading yang dilakukan malam hari dari jam 22.00 WIB sampai jam 05.00 WIB.
Pola Ketiga ialah Distribusi Lalu Lintas atau Pengalihan jalan.
Udar menjelaskan pengalihan ini sudah disiapkan. Kalau pembangunan ada di Fatmawati pengalihannnya melalui Jalan Antasari atau Jalan Kemang. Jika di Sudirman pengalihannya ada di jalan Tendean, Asia Afrika, dan Kuningan.
"Dan yang paling penting jalan itu paralel," kata dia.